Ranumnya Buah Persahabatan

Posted by Unknown , Wednesday, February 13, 2013 2/13/2013 08:37:00 PM

Kita tidak mesti selalu bersama, teman... agar kita dapat saling memahami. Pun, tidak pula dengan seringkali bertukar suara, maka kita dapat saling berkomunikasi. Tidak juga dengan seringnya tatapan mata beradu pandang dengan sesamanya, kita mengerti apa yang ia sampaikan. Apalagi untuk saling bergenggaman tangan lebih lama, agar kita merasakan kehangatan sebuah kata bernama persahabatan. Tidak! Sekali lagi aku menuliskan TIDAK!

Karena persahabatan itu, terkadang tidak berpohon untuk dapat kita lihat tempat buahnya bergantung. Pun ia tidak mempunyai ruang untuk kita buka pintunya yang sedang mengunci. Tidak pula berupa sebuah benda yang dapat kita raba dengan kedua telapak tangan ini. Tidak, tidak dan tidaaaak. Persahabatan tidak seperti itu. 

Persahabatan adalah sebuah energi yang terus menerus ada setiap kali kita meyakini bahwa ia memang ada. Persahabatan tidak membutuhkan materi yang dapat kita beli dengan harga yang tinggi. Persahabatan pun tidak berwujud seorang puteri tercantik yang siap untuk kita temui karena kecantikannya yang mempesona. Pun, bukan karena ia sangat gagah rupawan hingga membuat para gadis terlena memandangnya. Tidak, tidak, dan tidaaaaak. Bukan demikian ia adanya.

Persahabatan adalah kerelaan hati untuk membagikan waktu yang kita punya terhadap sahabat yang terbaik. Persahabatan adalah pemberian yang tanpa kita sadari, telah kita ulurkan dengan sepenuh hati. Pun persahabatan berupa ketulusan yang tidak semua orang dapat mendeteksi kehadirannya. Karena persahabatan adalah ikatan antara hati-hati yang saling percaya bahwa dengan adanya persahabatan, kerumitan menjadi terasa indah untuk dijalani. Persahabatan hadir sebagai cahaya yang menerangi ruang hati ketika ia gelap menggulita. Persahabatan mewujud sinar mentari yang sedang meninggi dan bersinar untuk bumi pertiwi. Dan yang paling penting adalah, persahabatan itu tidak dapat kita beli. Tidak. Tidak. Tidak akan pernah ada seorang terkaya sekalipun yang dapat membeli harga seorang sahabat.

Pertama-tama yang harus kita ingat ketika bergaul dengan orang lain adalah makna kebersamaan. Karena dengan cara demikian, maka kita dapat memberikan yang terbaik dari diri kita, terhadap sesiapa saja yang kita pergauli. Baik ketika kita diminta untuk memberi ataupun saat kita tidak diminta sama sekali. Maka persahabatan yang terjalin diantara kita merupakan sebuah bukti dari janji-janji yang tidak pernah terikrarkan dari bibir ini. Dan senang sekali rasanya, apabila dengan adanya persahabatan, kita dapat terus begini, teman. 

Teman yang tidak dapat kita sebutkan namanya satu persatu disini, tentu sedang merasai, betapa indahnya persahabatan yang sedang kita semaikan saat bersama dengan beliau. Pun beliau pun dapat menyaksikan dengan mata dan kepala sendiri, betapa untuk merawat tali persahabatan yang telah terlanjur tersemai itu tidak mudah. Apalagi untuk memindahkan bibit-bibitnya yang mulai bertumbuh pada lokasi terbaik. Terlebih lagi saat musim menyiang telah tiba, maka para petani persahabatan akan dengan teliti dan jeli memilih mana padi dan mana ilalang. Agar, tidak salah ia dalam memilah kelopak daunnya. Agar, pada saat panen tiba, buah-buah persahabatan pun meranum dan manis rasanya. Namun kalau buahnya adalah buah padi, sungguh-sungguh bercermin ia dari makna persahabatan yang terus ia jaga. Agar semakin merunduk pula hatinya. Tak meninggi atau menjulang. Namun dengan penuh kesadaran, ia menyadari, bahwa tanpa sahabat yang terbaik ia tiada menjadi seperti dirinya yang sekarang. 

Banyak kita melihat contoh-contoh orang sukses dalam perjalanan kehidupannya. Sedangkan di sekitarnya ada orang-orang yang begitu setia, taat dan santun kepadanya. Dan pada saat kita coba menanya siapakah beliau yang ada di sekelilingnya, maka dengan ramah ia pun berujar bahwa, "Beliau adalah sahabat-sahabatku." 

Sahabat merupakan cerminan bagi seorang sahabat lainnya. Ketika sahabat kita baik, maka kebaikan akan menjadi bagian dari kehidupan kita pula. Sedangkan ketika sahabat kita tidak sesuai dengan apa yang kita pinta di dalam do'a, maka kita pun layak untuk memusiumkan namanya di dalam hati kita saja. Lalu, biarlah ia terus di sana, untuk kita kunjungi lagi pada suatu masa. 

Bagi seorang sahabat yang baik, melihat kebaikan sedang berbinar pada sahabat lainnya, maka ia pun turut berbahagia. Karena baginya ada satu kebahagiaan yang tidak pernah tergantikan oleh apapun jua. Yaitu kebahagiaan yang dialami oleh sahabatnya, adalah bahagianya pula. 

Turut menjadi bagian dari kesuksesan sahabat, tentu menjadi nilai tersendiri bagi kita. Walaupun sepenuhnya kita tidak menyadari akan apa yang menjadi bagian dari peran kita terhadap sahabat. Namun, secarik senyuman yang kita saksikan dari sahabat, dan mendarat di dalam dua retina mata kita, adalah salah satu kisah abadi yang patut kita prasastikan. 

Di hari lahirmu teman, tidak banyak yang dapat ku beri sebagai hadiah untukmu. Begitu pula dengan materi yang melimpah berwujud hadiah-hadiah nan mewah. Semua itu tidak dapat ku persembahkan padamu dengan segera, saat ini. Namun hanya ada satu yang dapat ku ukir di hari bahagiamu, yaitu sebentuk jalinan persahabatan antara kita. So, atas nama persahabatan ku lepaskan beberapa detik waktuku terhadapmu. Ku lepaskan dari busur ingatan yang saat ini sedang ku jaga arahnya. Hingga pada waktu engkau mengingatku ketika kita sudah tidak bersama lagi, pada saat itulah aku kembali menyadari, bahwa ada satu anak panah persahabatan yang aku selipkan di relung hatimu. Tolong jaga ia, ya. Karena tidak akan pernah aku mengambilnya lagi, hingga nanti dan selamanya. 

Satu hari tidak cukup untuk membuktikan padamu, bahwa aku ingin selalu menjagaimu sebagai bagian dari diriku yang lain. Begitu pula dengan selembar catatan pada hari ini. Tidak dapat ia mengubah wujud menjadi rangkaian kenangan bersamamu, kalau saja aku belum merangkainya dalam barisan kalimat seperti ini. Namun saat ia benar-benar telah mewujud, maka ku persembahkan special untukmu teman yang pada hari ini sedang berulang tahu. Ah! Kau.... selalu saja tidak ingat. Padahal aku tahun, betapa bahagianya engkau hari ini. Sungguh, aku bahagia menjadi bagian dari hari-harimu, teman. Walaupun ini adalah catatan yang terakhir tentang kita. 

Kalau saja setiap tetesan air hujan yang jatuh sore tadi dapat berbicara, maka ia akan menertawaiku yang terlalu cengeng kiranya. Dan kalau saja tidak ada umbrella yang melindungi ragaku dari tetesannya, tentu saja airmata itu akan semakin membanjir dan memuara. Namun, Allah masih sayang kita. Hingga akhirnya, tidaklah jadi airmata itu melimpah dengan semaunya. Karena aku yakin dan percaya, bahwa pada saat yang sama, engkau sedang tersenyum dengan pikiran yang sedang menemanimu. 

Ia akan membawamu, teman, pada kebun-kebun harapan di Ibu Kota. 
Ingatan itu akan menepikan beberapa harapanmu teman, untuk tidak hanya berharap saja. Namun dengan upaya nyata yang sungguh-sungguh, maka engkau semakin percaya, bahwa setiap langkahmu adalah dalam rangka pengabdian. Jalankan tugasmu dengan sepenuh hati, esok hari yaa... Sedangkan aku di sini, tetap sahabatmu yang mendoakan. Tidak untuk hari ini saja, namun hingga kita tidak lagi dapat bertatap mata, seperti sore tadi. 

Hey..! Ingatkah engkau teman... menemanimu hingga penghujung hari ini merupakan hadiahku untukmu. Hadiah atas persahabatan kita. Hadiah yang tidak akan pernah usang walaupun zaman telah berganti. Hadiah yang akan selalu baru dan baru, pada saat kita teringat, begini yaa... buah dari persahabatan. Sungguh, apabila ia telah meranum, maka kita dapat mencicipi rasanya. 

Bagaimana kesanmu bersamanya?

to:: seorang sahabat yang tidak dapat ku tuliskan namanya di sini. Namun di dalam hati, aku ingin nama beliau selalu ada. Ya, setiap kali aku kembali bersapa dengan bulan Februari.

0 Response to "Ranumnya Buah Persahabatan"

Post a Comment

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ