Variasi Warna Hidup

Posted by Unknown , Saturday, February 23, 2013 2/23/2013 05:35:00 AM

Saat ini, aku masih melanjutkan percobaan dan penelitian. Untuk menemukan warna-warna yang sekiranya cocok dan menarik. Ku usaha memadukan beberapa warna yang segar dan cerah, hingga menghasilkan kesan fresh dan penuh semangat. Lalu, ku coba pula memadupadankan warna-warna yang lembut, untuk menimbulkan kesan ketenangan. Namun hingga saat ini, masih belum ada yang ku rasa tepat. Hingga akhirnya, aku pun mampir dulu di sini. Untuk menemukan senada dua nada warna yang terbaik. 

Dalam memilih apapun warnanya, bebas dan terserah kita. Namun kita perlu mengetahui terlebih dahulu kesan yang dapat ditimbulkan oleh warna-warna yang kita pilih. Apabila perpaduan warna terlalu banyak dalam satu tempat, maka tentu saja kesannya ramai. Terlebih lagi apabila warna-warna yang kita gunakan adalah warna yang mencolok.Tentu membuat mata yang memandang menjadi cepat capai, yaaa.... Hmm, aku pun berpikir sejenak. Kira-kira warna yang pantas untuk ruangan tempat berkontemplasi warna apa aja yaa? Aku bertanya pada lembaran Google, dengan mengetikkan beberapa kata kunci.

Untuk selanjutnya, aku pun mencoba lagi searching dengan kata kunci yang berbeda, untuk menemukan pilihan warna yang terbaik. Namun, masih saja belum kutemukan pertautan warna yang enak dipandang dan mengesankan. Lha, mengapa pula aku melakukan aktivitas yang satu ini? Padahal, mudah saja bagiku untuk memilih satu atau beberapa warna sekaligus, lalu mempergunakannya pada tempat-tempat yang ku inginkan. Sedangkan warna-warna itu telah tersedia semenjak dahulu kala. 

Ai! Sungguh, ini tak biasa. Walaupun biasanya, aku memang suka mengutak atik warna demi warna, sesuka dan semau-maunya aku. Lalu, aku ganti lagi dengan warna yang lainnya, apabila aku sudah tidak mau lagi dengan warna-warna yang sebelumnya. Begitulah. Karena aku ingin variasi. 

Seperti halnya hidup ini yang penuh dengan warna menarik. Maka apabila kita bersedia untuk mengabadikannya dalam pigura diri, maka hasilnya tentu dapat kita saksikan lagi, setelah kita menjalani. Dan setiap perubahan iklim yang kita jalani, menjadikan kita semakin terlatih dalam mengenali warna. Warna yang dapat kita tempatkan pada posisi-posisi tertentu dan kita tata selalu.

Wahai alangkah indahnya hidup yang kita jalani, apabila dalam kesempatan waktunya, menjadikan kita semakin percaya, bahwa setiap warnanya ada untuk memberikan kita pilihan. Kita akan memilih warna yang bagaimana? 

Dan apakah warna hari ini, yang engkau saksikan untuk engkau tempelkan pada pigura dirimu, teman?


C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Wikiquote tell more about Albert Einstein

Posted by Unknown , Friday, February 22, 2013 2/22/2013 03:43:00 AM


Dear Albert Einstein...
May I save your picture in here? 
For remembering me with you, everytime I wish to remember you.

Because I get some inspiration from one of your life quote, "Imagination is more important than knowledge." And more of them that I read in Wikiquote. So, I make a link to Wikiquote that told it to me. The purpose is to remember. Ya, remembering me that I get it from Wikiquote.

***

Bilamana apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan, maka yang perlu kita lakukan adalah segera melakukan introspeksi diri, muhasabah, dan merenung. Karena ini adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan, teman. Agar kita tidak berputus asa atau kecewa atas apa yang belum kita dapatkan. Sehingga dapatlah kita menjadikan pengalaman yang sudah ada sebagai pengingat kita. Bahwa ternyata betul adanya, bahwa apa yang kita alami saat ini, yang kita peroleh dan yang kita hadapi merupakan kebutuhan kita. Sedangkan yang masih berada di ruang keinginan, masih berwujud harapan, bukan? Dan teruslah miliki harapan itu. Berkeinginanlah, keinginan yang membuat kita kembali mau bangun dan bangkit kemudian melanjutkan langkah-langkah lagi. Karena keinginan itu adalah bagian dari imajinasi. Yang menurut Albert Einstein, bahwa --- Imajinasi itu lebih penting dari pengetahuan. 

Imajinasi adalah hal-hal yang ada di dalam pikiran kita dan kita inginkan. Imajinasi adalah segala hal yang mungkin saja tidak akan pernah dapat kita temui dalam kenyataan, namun yakinlah bahwa imajinasi itu lebih penting dari pengetahuan. Seperti apa gambarannya? Begini, "Engkau yang saat ini sedang berada di bumi, dapat berimajinasi untuk berkunjung ke negeri matahari. Walaupun sesungguhnya, engkau memang tidak akan pernah sampai di sana. Karena terbatasnya pengetahuanmu tentang berbagai cara untuk dapat sampai di sana. Namun, apabila engkau mengimajinasikannya, maka engkau dapat berada di negeri matahari. Begitu pula dengan kunjunganmu yang berikutnya ke bulan, planet Mars, dan benda-benda angkasa lainnya. Intinya adalah, bukalah wawasan. Open your mind then, tersenyumlah." 

Karena apabila engkau berani untuk berimajinasi, maka engkau telah memiliki seluruh pengetahuan. So, what is your imajination to make your life more beautiful, friend...?

Orang yang berimajinasi adalah orang-orang yang berpikiran luas. Sehingga ia mampu melihat jauh keluar dirinya, setelah ia puas dengan apa yang ia lihat dari yang ada di dalam dirinya. Setelah ia berintrospeksi, maka ia mau membuka diri. Ia bersedia untuk memperhatikan lingkungan yang lebih luas lagi, setelah dirinya. Karena ia menyakini bahwa ia sedang berada di alam yang luasnya sungguh luas. Bahkan lebih luas dari pengetahuan yang ia punya. 

Pengetahuan kita hanya setitik saja, apabila kita mau memperluas imajinasi. Apabila kita mau memandang ke alam. Apabila kita mau membuka pikiran. Apabila kita mau membuka hati. Apabila kita mau membuka diri dan setelah itu, semakin percayalah kita bahwa imajinasi memang melebihi pengetahuan. Berimajinasilah, lalu kuasailah duniamu. Berimajinasilah, lalu sampailah engkau di manapun engkau ingin berada. Berimajinasilah, maka engkau memiliki apa yang belum pernah engkau miliki. Berimajinasilah, maka engkau dapat berjumpa dengan orang-orang yang penting dalam kehidupanmu. Berimajinasilah, bahwa Albert Einstein sedang berada di hadapanmu, seraya menyampaikan sebuah pesan, "Imagination is more important than knowledge." Lalu pahamilah betul-betul pesan tersirat yang ada di dalam kalimat tersebut. Dan terbanglah dengannya, saat ini juga. Ah, aku ingat-ingat ah, pesan ini. ^^
C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7 

Xiè Xiè

Posted by Unknown , Thursday, February 21, 2013 2/21/2013 07:39:00 AM

Seperti halnya engkau, aku tidak akan menanya sudah berapa lama kita bersama. Namun aku bertanya bagaimana bisa, kita bersama untuk waktu yang selama itu, kalau saja tidak ada hikmah dan makna yang kita punya? Dan aku tidak akan pernah menjawab tanyamu. Apalagi untuk menjelaskan padamu, karena aku tahu bahwa engkau sudah mengetahui jawabannya. So, untuk apa lagi engkau bertanya? Tanya yang tidak penting, menurutku.  Namun aku menghargaimu, dengan mengabadikan pesan darimu, di sini, saat ini. Xiè xiè... hehe. ^^

Aku sangat menikmati kebersamaan kita. Sehingga aku memberikan jawaban padamu, dengan tersenyum. Senyuman yang penuh arti. Senyuman yang mungkin tidak akan pernah engkau lihat. Karena engkau seringkali ku lihat menunduk, apabila aku menemuimu. Ada apa, ya? 

"Pikirkan dulu, perhatikan dulu, pahami dulu, baru bicara," begini pesanmu yang masih ku ingat hingga saat ini. Dan aku ingin ia ada dan abadi. Karena aku tidak terlalu yakin, dapat mengingatnya dalam jangka waktu yang lama, kalau saja aku belum menguraikannya dalam barisan kalimat seperti ini. 

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7"Oke, aku berusaha untuk menjalankan pesan berharga yang ku peroleh darimu. Karena aku yakin, tentu ada hikmahnya. Dan bukan saja untukku, namun bagi sesiapa saja yang berada di sekelilingku. Agar kami dapat memikirkan terlebih dahulu sebelum kami menyampaikan. Dan kami perlu memahami terlebih dahulu apa yang kami bicarakan. Karena kami yakin, semua akan kami pertanggungjawabkan, mohon doakan kami dalam mengemban amanah ini, yaa. Semoga engkau pun ingat. Bahwa engkau pernah menyampaikan pesan tersebut padaku. Terima kasih yaa."

Yani

Posted by Unknown , Wednesday, February 20, 2013 2/20/2013 07:49:00 PM

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7Yani.  Ia bertumbuh di lingkungan yang memaksanya untuk tidak boleh mengeluh. Ia hidup di dalam kumpulan orang-orang yang membuatnya perlu terus dan menerus bersungguh-sungguh. Pun, ia bersama dengan pribadi-pribadi yang membuatnya seringkali menanyai diri, "Untuk keperluan apa hadirku di sini?" Dan tanya ini, tidak lagi satu atau dua kali hadir di dalam dirinya. Namun, acap kali.

Yani. Mungkin saja engkau pernah bertemu dengannya. Atau engkau seringkali berinteraksi dengannya. Bahkan mungkin juga engkau belum pernah menemuinya? Atau, ia telah akrab dalam keseharianmu, teman? 

Yani, ia pun temanku. Lebih tepatnya sahabat. Sahabat yang aku akui sebagai seorang yang tepat sebagai sobat. Karena semenjak mengenalnya, aku semakin percaya bahwa kami adalah bagian yang tidak akan dapat terpisahkan sampai kapanpun. 

Yani. Pernah pada suatu hari, aku kehilangannya. Ya, aku yang sebelumnya membersamai ia dalam hampir seluruh waktuku, tiba-tiba saja tiada. Aku pun mencari dan mencari dia dan dirinya. Ke banyak tempat aku berkunjung dengan membawa harapan, kalau-kalau ia ada di sana. Hingga ke ujung negeri aku melangkah. Ketika penat, aku rehat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Namun, usahaku sia-sia dan tanpa hasil.

Yani. Setelah lama tidak bersamanya, aku tidak pernah henti menemukan berbagai informasi yang dapat mempertemukanku dengannya. Karena aku membutuhkannya, untuk kelanjutan hari-hariku. Aku yang apabila tidak bersamanya, rasakan hampa. Sampai aku tidak dapat menjalankan aktivitasku dengan baik, seperti sediakala. Ia sangat berarti dan penting bagiku. 

Yani. Sesosok insan bernama perempuan, itulah ia. Sedangkan aku? Siapakah aku? Hhmmm... namun percayalah, bahwa kami memang berbeda. Oleh karena itulah, kami ada dan bersama untuk saling melengkapi dan menggenapkan. Makanya, ketika tanpa dia, aku mengalami keganjilan. Seperti ada yang kurang dan aku tidak nyaman, benar-benar tak tenteram. Karena aku masih menyanksikan dirinya yang jauh dariku. 

Yani. Ini catatan hadir, karena saat ini kita telah bersama lagi. Yes, ketika akhirnya aku pun menemukanmu lagi. Engkau tidak akan pernah kubiarkan menjauh dariku lagi, walau sedetik lagi adanya. Karena kita ada, untuk membuktikan, bahwa bersama kita bisa dalam meniti hari ke hari lagi. Walaupun jembatan yang kan kita seberangi untuk dapat sampai pada tujuan bernama cita, kita lalui juga. Walaupun melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan ini kita perlu lebih lekas lagi, maka aku bersedia untuk bersamaimu lagi setelah engkau terletih dalam lelah. Wahai diri, tidak lagi ku tinggalkan engkau sendiri. Xxiiixiiii.

Yani. Selangkah engkau maju, aku ada di sisimu. Begitu pula dengan aku. Selangkah ku maju, maka aku ajak engkau turut denganku. Karena dari langkah-langkah yang kita ayunkan bersama, akan lebih ringan adanya, yaa. So, keep our best effort.
 
Yani. Aku janji, tidak akan biarkan engkau lagi, terlarut dengan perasaanmu sendiri. Karena aku bergegas menemuimu apabila aku lihat engkau sedang asyik dengan rasa-rasa yang mulai bertumbuh. Dan aku tidak akan pernah tega, menyaksikanmu terlarut dalam rasa yang aku sendiri tidak mengerti arti hadirnya. Kecuali kalau kita sama-sama menyetujui hadirnya rasa kita bersama. Maka, tentu kita dapat menghadapinya dengan lebih bijaksana dan meninggalkan kesan istimewa pada prasasti kehidupan kita. 
Yani. Hari ini, aku tahu bahwa engkau mempunyai kisah baru. Ya, engkau temukan lagi episode berbeda dalam kehidupanmu. Dan aku pun mengalaminya. Karena kita menjalaninya bersama. Sehingga kisahku menjadi kisahmu dan begitu pula dengan yang sebaliknya. Adapun kisah kita hari ini adalah tentang makna kesabaran. Ai! Sabarmu sudah seluas apa, teman? 

Yani. Ku lihat engkau hampir saja menitikkan bulir bening permata kehidupan yang siap membanjiri pipimu. Terlebih lagi ketika aku berusaha untuk menenangkanmu, engkau malah hampir terisak. Ahaha, namun batal adanya. Karena aku segera tertawaimu dan engkaupun turut tertawa. Entah apa yang kita tertawakan bersama. Namun yang jelas, engkau tertawakan dirimu sendiri. Engkau yang seringkali menemukannya seperti anak kecil, mau nangiiisss aja bawaannya. Padahal, memang benar adanya, bahwa tidak selalu tangisan menjadi pelega hatimu. Namun dengan berdzikir, maka engkau akan menemukan hatimu dalam ketenangan. "Ingatlah.... hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Masih ingatkah engkau dengan potongan ayat ini, teman? Ayat yang menjadi cambuk jiwamu yang sempat mengendur, agar ia berteguh lagi. Potongan kalimat yang ketika engkau resapi maknanya, sungguh dalam. Dan engkau seringkali menjadikannya sebagai salah satu alasan, mengapa engkau menjadikannya sebagai salah satu ayat favoritmu. 

(Q.S Ar Ra'd [13]: 28) الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ  "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." 
 
Yani. Pada suatu hari yang akan datang, engkau perlu mengingat catatan ini. Agar engkau selalu ingat pada beliau-beliau yang menjadi jalan ingatkanmu pada makna kehadiranmu didalam kehidupan beliau. Bahwa semua tentu ada hikmahnya. Sebagai bahan pelajaran, untuk menghiasi kisah kehidupan menjadi lebih semarak lagi. 
 
Yani. Penting untuk engkau ingat, bahwa beliau-beliau yang pernah menjadi bagian dari hari-harimu,  sesungguhnya sedang menitipkan padamu barisan hikmah yang mungkin saja tidak dapat engkau pandangi dengan mata nyata yang berkedipan. Namun engkau dapat menangkap pesan yang tertuju padamu, dengan mata hati yang terbuka.  So, keep smile, yaach.   

ZzZZZzzzzzzZZZZZZzzzzzz.....

Posted by Unknown , Tuesday, February 19, 2013 2/19/2013 10:08:00 PM

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7Upz...! lama-lama jadinya mataku pusing kalo kayak gini terus. Ya, gimana engga, kalau dalam kondisi lelah, ia masih terus paksakan menatap layar bercahaya yang ada di depannya. Dan aku tidak mau hal itu terjadi padanya. Lagi pula, aku tahu bahwa ia telah seharian beraktivitas, tak menutup. Kecuali hanya berkedip dan itu memang sangat sering ia lakukan. Nah! Kalau sudah malam begini, ia tentu ingin merehat sejenak. So, sebelum melarutkannya di dalam ketenteraman yang mendamaikannya beberapa waktu, adalah baik kalau mengajaknya mampir-mampir sejenak di sini. Untuk memandang-mandang sekeliling, sightseeing. 

 Nah! Ditambah lagi dengan keadaan mouse yang tidak stabil, sepertinya ia kurang sehat, dech. Iya, dua hari terakhir, aku memperhatikan kontribusinya bersamaku. Ia yang seringkali tanpa ekspresi ketika aku mengklik, dapat ku tandai bahwa ia sudah mulai mau tidak berfungsi. Benarkah? 

Kondisinya yang tiba-tiba diam, tidak bereaksi apa-apa saat ku gerakkan, menjadi satu pertanda, bahwa ia sudah mulai kekurangan energi. Betulkah, mouse?

Hmm, dari dua kondisi ini (mata lelah dan mouse bermasalah), aku memetik satu hikmah dan bahan pelajaran. Bahwa, keadaan dapat berubah, begitu pula dengan benda. Ia tidak selamanya dapat berguna. Ada waktunya ia mulai kehilangan manfaatnya. Terlebih lagi kalau itu benda mati. Benda yang hanya mampu berfungsi kalau kita memberikan kesempatan padanya untuk meneruskan bakti, dengan memperbaikinya. Atau, kita masih dapat menggunakan benda  dengan jenis yang sama, namun bukan lagi dirinya. Ya, dengan menggantinya. 

Lalu, bagaimana pula halnya dengan kita? Kita adalah makhluk hidup, bukan benda mati. Kecuali kalau kita sudah tiada bernyawa lagi. Maka kita akan menjadi bagian dari kematian. 

Apabila aku memang sudah tidak mau lagi bersama dengan mouse  yang sudah mulai tidak berfungsi, maka aku dapat menyimpannya begitu saja. Lalu, mengusaha untuk memperoleh penggantinya. Dan aku mempunyai mouse yang baru. Bukan lagi dirinya yang sebelumnya aku manfaatkan. 

Sedangkan tentang diri ini? Ia hanya satu dan satu-satunya. Lalu, bagaimana pula aku akan meninggalkannya begitu saja, apabila aku tidak mau bersamai ia lagi? Padahal aku menyadari bahwa ia adalah diri yang hidup, dan bagian dari kehidupan yang ada di dunia ini.  Hingga akhirnya, aku menjadi benar-benar menyayanginya, sayang yang tidak akan pernah terlepaskan lagi, sampai kapanpun. 

Diri ini, engkau dapat melihat rupanya dalam tampilan raga. Engkau bilang ia sempurna. Karena engkau melihat dari balik kaca matamu. Namun, pada suatu hari yang lainnya, engkau bilang bahwa ia tidak sempurna. Karena engkau tidak sedang memakai kaca matamu. Atau, engkau belum sempat mengelap kaca matamu yang menempel di depan kedua bola matamu. Lalu bagaimana kalau engkau bukanlah seorang yang berkacamata? Maka engkau dapat memandang diri ini dari kaca pandangmu. Engkau dapat menyaksikan dia dan dirinya, kapan saja engkau mau. Lalu, engkau pun sempatkan beberapa waktu dari kehidupanmu untuk memberikan penilaian padanya, atas hasil pandangmu. Engkau pun mengakui bahwa ia sempurna. Namun temanmu yang lain menyampaikan pendapatnya pula, bahwa diri ini tidak sesempurna penilaianmu. Ah, bagaimanapun, engkau mempunyai pendapat masing-masing. Sedangkan aku, begini adanya.

Engkau hanya dapat melihat ragaku yang melangkah. Engkau pun dapat menyaksikan wajahku yang tersenyum. Namun engkau tidak akan pernah menemukan aku yang sesungguhnya, sampai kapanpun. Oh... betapa aku sangat ingin membuktikan padamu, bahwa aku ada. 

Aku, tidak hanya susunan kalimat yang engkau baca setiap hari. Akupun bukan hanya seperti yang engkau lihat setiap hari. Pun aku bukanlah seperti yang engkau pernah bayangkan, ketika engkau memikirkan aku. Bukan, bukan demikian adanya aku. Atau, aku hanya dapat engkau lihat, di dalam ruang imajinasimu, mungkin. Namun aku yang sebenarnya, tidak akan pernah engkau jumpai. Walau ke manapun engkau pergi untuk menemukan aku. 

Engkau memang dapat bercakap-cakap denganku, dalam sunyimu. Engkau juga dapat menyapaku selalu, dalam ramai yang menghiasi harimu. Engkau dapat membawaku saat engkau menemui sesiapa saja dalam kehidupanmu. Itupun kalau engkau mau. Namun sesungguhnya, aku ada di manapun engkau berada, walaupun engkau tidak meminta aku ada di sampingmu. Karena aku adalah aku yang mungkin saja tidak membutuhkan ragamu untuk tempatku berdiam di dunia ini. Bahkan, aku akan berpindah ke raga lain yang bersedia menerimaku dengan baik, kalau engkau tidak lagi mau membersamaiku. 

Aku mungkin saja akan memelas pada sesiapa saja yang bersedia untuk berbaik hati padaku, untuk menjadi temanku dalam meneruskan kehidupanku. Bahkan, tanpa meminta sekalipun, aku akan menemukan tempat terbaik yang siap melindungiku dari berbagai iklim yang sering berganti. Ya, mungkin saja, bukan? Karena aku adalah aku yang rela dan bersedia ditempatkan di manapun. Termasuk kehadiranku bersamamu, saat ini. Aku yang sedang bersemayam di dalam ragamu, adalah salah satu bukti, bahwa aku siap menjadi bagian dari hari-harimu yang penuh dengan kisah dan hikmah. Dan aku yakin, bersamamu aku dapat meneruskan baktiku, dengan baik. 

Aku, hanyalah sebuah jiwa yang sedang berjuang untuk menepikan beraneka debu maupun pasir yang setiap saat berusaha menempel padanya. Aku adalah sebutir jiwa yang sedang menjaga raga tempatku bernaung, dari semilir angin yang dapat meluruhkannya seketika. Karena aku tahu ragaku lemah tanpaku, maka aku berusaha dan berjuang untuk mengeratkan ikatannya terhadapku. Agar, kami dapat saling menguatkan dalam berbagai situasi.

Aku tahu bahwa ragaku adalah kumpulan kehidupan yang menyajikan beraneka hiasan. Hiasan yang ada padanya, dapat melenakan sesiapa saja yang memperhatikannya, maka aku berupaya untuk menyimpannya di tempat-tempat yang memang layak baginya berada. Dan aku sangat peduli padanya. 

Aku dan ragaku, adalah satu kesatuan yang tidak akan pernah terpisahkan sampai kami tiada, sekalipun. Karena kami adalah bagian dari kehidupan yang akan terus hidup apabila kami mau bekerjasama dengan utuh. Dan kami ingin menjadi salah satu bukti terindah dari persahabatan sepanjang masa. Persahabatan antara dua [kekuatan - kelemahan] yang bersatu. Dan kami sudah dapat membayangkan, bagaimana hasil yang akan kami telurkan. Setelah sekian lama kami mengeraminya. Dan kami mulai membayangkan, bahwa salah satu dari telur itu akan menetaskan seekor elang yang siap membumbung tinggi. Ia bukan hanya seekor ayam yang akhirnya kehilangan induk, apabila salah satu dari kami tiada. Namun ia akan menjadi pribadi yang mandiri, penuh dedikasi dalam hari-hari. Pribadi yang terus beraikan ingatan terhadap yang lainnya, sampai akhirnya kami pun berjumpa lagi di negeri yang abadi. Negeri tempat berkumpulnya para sahabat yang saling menguatkan, di negeri yang fana ini. 

Aku dan ragaku adalah prasasti kehidupan kami. 

Aku belum pernah meminta sang raga untuk menjadi seperti dirinya saat ini. Namun ku lihat ia segera bangkit dan berdiri lagi, saat aku coba memberikan perhatian berlebih padanya, saat ia terlihat lelah ketika kami melangkah. Ya, hanya dengan perhatian berlebih itu, ia kembali bangkit. Bangkit untuk bangkit lagi. Hingga kami benar-benar menyadari, bahwa kami perlu saling memberikan perhatian. 

Saat aku lelah dan ia memperhatikanku, maka kekuatanku bertambah lagi. Lalu, saat ku lihat dua mata itu mulai lelah, maka aku pun memberikan perhatian padanya, dengan izin untuk rehat sejenak. Sejenak saja. 

Saatnyaaaaa telah tibaaa untuuuukk... 

ZZzzzzzzZZZZZZzzzzzzZZZZzzzzz......


 

Yawn

Posted by Unknown , Monday, February 18, 2013 2/18/2013 09:35:00 PM

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7
Jadwal kehidupanku berubah akhir-akhir ini. Mulai dari waktu memulai aktivitas, jadwal bobo, hingga jadwal mandi pagi sekalipun. Yes, berubah total, seratus persen. Karena aku tidak ingin menjadi diriku yang lama. Dan aku ingin menjadi pribadi yang berbeda dari biasanya. Aku ingin menjadi hebat. Namun tidak mudah, teman...

Pengalaman berubah yang aku jalani, sungguh terasa berat awalnya. Namun lama kelamaan, mulai terasa indahnya, cemerlang dan anggun kesannya. Meskipun terlihat pelan dan perlahan, namun tidak lamban. Karena aku memang demikian adanya. Aku tidak ingin menjadi seperti yang orang lain sampaikan tentangku, sedangkan aku meyakini dan menyadari bahwa bukan demikian adanya aku. So, misi perubahan yang mulai ku perketat pengaplikasiannya ini, adalah dalam rangka menemukan diriku yang sejati, dan inilah aku yang sesungguhnya. Karena aku bukan dia, dirinya atau sesiapa saja. Namun aku adalah seorang yang tetap akan diriku.

Awalnya memang berpesan memaksakan, namun ujung-ujungnya menjadi kebiasaan. Termasuk salah satu aktivitas yang mulai ku rutinkan dalam menjalankan, yaitu merangkai catatan. Aku hampa tanpanya, aku merasa kehilangan selangkah jejak tentang kisah perjalanan kehidupanku, saat belum ku usik ia. Ah! Aku seringkali mengusaha untuk hilangkan beberapa detik waktuku dari catatan harian. Namun, aku belumlah lengkap adanya, tanpa ia bersamaku. Huhuu... perih dan berat di dalam hati. Penuh dan hangat kepala ini, mengingati betapa rinduku tidak dapat terbendung lagi. Saat ada yang ingin dan perlu aku sampaikan, namun belum mengalir dalam rangkaian tulisan. Karena aku tidak selalu dapat menyampaikan apa yang aku ingin alirkan, dalam nada suara, teman... dan inilah aku. So, keep friendship yach. 

Begitu pula adanya engkau, aku menyadari. Bahwa aku tidak dapat memintamu untuk menjadi seperti yang aku mau. Karena aku sangat yakin seyakin-yakinnya, bahwa kita memang pribadi yang Allah Ciptakan dengan segala keistimewaan yang hingga detik ini melekat pada kita. Bukan untuk menghilangkan perbedaan, lalu kita larut dalam kebersamaan yang tanpa alasan. Namun justru karena alasan yang telah terpatri erat di dalam ingatan, maka aku ingin kita hanya palingkan pandangan pada makna kehadiran. 

Aku, belum dapat membayangkan bagaimana hari-hari yang aku jalani hingga saat ini, jika saja kita tidak pernah bersapaan sebelum ini. Begitu pula dengan beraneka harapan serta impian, cita dan ingatan yang bersemi di hamparan alam kehidupan, aku tidak terlalu yakin dapat menatapnya dengan lebih leluasa, kalau saja kita belum pernah saling bergenggaman jemari pada waktu pertama kali kita berkenalan. Begitu pula halnya dengan aneka senyuman yang hingga saat ini terkenang-;; ai, semua tentu menjadi bahan pelajaran untuk kita ya. Lalu, abadikan ia di dalam lembaran pengalaman, adalah salah satu pilihan yang dapat kita petik artinya. 

Sebenarnya, awal mampir di sini, aku sudah ingin rebahan. Namun, aku perlu menitipkan dulu beberapa untai pesan dalam catatan. Catatan yang dapat menjadi jalan bangunkanku dari lelap panjangku. Agar aku tidak kelamaan dalam rehat yang melenakan. Supaya segera ku bangkit lagi untuk teruskan mimpi-mimpi saat ku terjaga dini hari.

Lembut dan elok akhlaknya menjadi mahkota yang menghiasi penampilan dalam nyata. Terlihat sosok yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, dalam dunia yang sesungguhnya. Wahai, jelita dan penuh pesan. Aku ingin menjadi seperti dirinya, ia yang menitipkan teladan. Tidak hanya melalui ucapan, pandangan, ataupun sikap dan perbuatan. Namun di sebalik raga ada yang paling berperan. Keimanan nan luhur, tidak ternilai harta berlian. Apalagi intan, permata pun mutiara. Keimanan yang tidak akan pernah dapat dibeli dengan apapun juga, hanya dengan keikhlasan. Engkaukah pribadi demikian? Ku percaya, dalam yakinku.
Tidak perlu banyak bicara untuk menyampaikan pada sesiapa saja, tentang dirimu. Hanya saja, dirimu yang sesungguhnya, dapat tergambar dari ruang ingatan walaupun belum memandang dengan dua mata insan. Karena mata hati, tentu lebih jelas penglihatannya.

Melangkahlah walaupun gelap. Karena gelap tidak selamanya. Berjuanglah terus dan melangkahlah tegap, karena tentu ada nilainya.  Nilai yang diberikan oleh manusia yang engkau damba? Atau nilai dari Pemerhati yang tidak pernah Lalai?

Hmmm... Aku sudah benar-benar sleepy.  Hooaaammm. ^^

X

Posted by Unknown , 2/18/2013 01:35:00 AM

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7
Yes! Saat ini catatan kita kembali sampai pada abjad X. Xixii, seperti biasanya, memang.  Judul untuk awalan X- ini memang jarang didapat. Walaupun sudah berkeliling ria semenjak kemarin sore dan kemarin sorenya lagi (semenjak dua hari yang lalu) untuk menemukan ide, namun aku belum peroleh. But, aku sangat ingin meneruskan merangkai catatan dengan menggunakan abjad ini sebagai awal judulnya.

Adapun catatan saat ini adalah untuk menitipkan beberapa tangkai pesan dari hasil keliling-keliling tersebut, diantaranya sebagai berikut:
  1. Bahwa untuk dapat maju, maka kita hanya perlu bergerak selangkaaah lagi saja setelah kita melangkah.
  2. Agar mengerti arti dan hikmah dari berbagai keadaan yang kita alami, maka kita perlu meramu beberapa pesan yang ada di dalamnya, hingga kita tahu bahwa semua memang ada hikmahnya.
  3. Untuk dapat menemukan pengetahuan, kita perlu membaca lebih banyak. Sedangkan untuk memperoleh pengalaman, maka yang kita perlukan adalah tindakan nyata.
  4. Sebelum engkau menanyakan padaku, siapakah aku? Engkau perlu menanyakan terlebih dahulu kepada teman-temanku tentang aku. Karena engkau akan memperoleh jawaban yang sebenarnya tentangku, walaupun hanya sebagiannya. 
  5. Tentang pertemuan, ia kadang terjadi tanpa pernah kita merencana. Dan aku kerap mengalaminya. Termasuk dua hari yang berlalu itu. Awal aku melangkah untuk menemukan ide sebuah judul dalam melanjutkan catatan. Tanpa diduga dan tak berencana, akhirnya kami bersua dengan ekspresi yang saling terkesima. Siapakah beliau yang ku jumpa? Sahabat lama. Yach, sahabat lama yang diantara kami, saling merindukan. Dan kami bertemu tak terduga, di sebuah gerbang kebahagiaan. Ai! Begini ceritanya, Aku yang sedang melangkah, beliau pun rupanya sedang meneruskan perjalanan. Dan kami yang asyik dengan langkah-langkah masing-masing, meneruskan saja dengan saksama. Untuk selanjutnya, dua mata bertemu dengan dua mata lainnya, pada satu titik dengan arah yang berlawanan. Kami sedang berhadapan. Lalu, bagaimana ekspresi yang kami tampilkan? Ya, senyuman. Saling bersenyuman, seraya bersapaan, "Assalamu'alaikum... Teteeehhh," histeria Rasma. Dari kisah tersebut, aku semakin yakin dengan pesan ini, "Jodoh pertemuan, terjadi kalau kita terus berjalan.  Hingga percaya semakin bertumbuh kepada Allah subhanahu wa ta'ala, Yang Maha Mengatur Segalanya."
  6. Ternyata betul? Bahwa insting berperan mengingatkan dua insan. Sebagaimana yang berlangsung pada puluhan menit berikutnya. Ketika aku dan Rasma, masih bersama. Kami sebetulnya sedang duduk pada kursi yang berbeda. Berseberangan adanya. Memang aku sedang memikirkan sebuah pinta untuk ku sampaikan pada beliau, agar berpindah duduk di sampingku. Namun belum sempat terucapkan dalam nada suara. Nah! Beliau malah udah berkomentar, "Teteh.... tadi bilang apa ke Rasma? Maaf, Rasma belum nyadar." Sedangkan aku yang sedang melanjutkan pikir, akhirnya bertanya-tanya. Benarkah suaraku sudah sampai pada beliau, sebelum aku menyampaikannya. Di sini aku memetik pesan, "Bahwa ada suara lain yang berperan mengeratkan kita, -suara hati-. Walaupun kita belum menyampaikan dalam nada suara, namun suara tersebut dapat terdengar oleh yang perlu mendengarkannya."
  7. Pada hari berikutnya, hari kedua petualangan menemukan ide, aku memperoleh pesan lain, "Bahwa tidak ada orang sehebat apapun yang mempunyai metode biasa, dalam menghebatkan dirinya. Namun orang-orang hebat tersebut, mengerti, bahwa jam terus berputar. Ia tidak berusaha untuk mengendalikan perputaran jam dan sibuk menghentikannya. Namun ia terus bergerak bersama detik dan detik yang mengingatkannya, bahwa sedetik berlalu tidak pernah akan kembali lagi. Oleh karena itu, ia manfaatkan setiap detik waktu, dengan hal-hal yang bermanfaat dan ia yakin itu berguna. Kalau sia-sia, ia meninggalkan dengan berani. Lalu bilang, "No, no, no with you."