(KDPT) Kenali Diri Pahami Teman

Posted by Unknown , Friday, March 1, 2013 3/01/2013 11:13:00 PM

Bukan KDRT. Yach, begitu. Karena KDRT tentu sangat kita hindari bukan? Sedangkan KDPT, perlu sangat kita dekati. Dan kita berela hati dalam menjalaninya.  

Mengenali diri, artinya kita tahu dengan sebaik-baiknya tentang diri kita. Sedangkan memahami teman adalah kita berusaha untuk mengetahui teman dengan sebaik-baiknya pula. Karena setelah kita mengenali diri sendiri, maka kita perlu memahami teman. 

Teman, adalah sesiapa saja yang bisa jadi berusia lebih muda dari kita, seumuran atau bahkan lebih dewasa. Sedangkan pengertian teman itu sendiri, sangatlah luas. Kita dapat berteman dengan sesama manusia, kita pun dapat berteman dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan tidak sedikit yang berteman dengan boneka-boneka lucu yang terbuat dari benang wol. Oleh karena itulah, teman mempunyai makna yang tidak sempit. 

Namun di sini, yang sedang kita pahami adalah teman dalam artian sesama insan. Teman yang mempunyai berbagai keperluan dan kepentingan, sama seperti diri kita. Teman yang mempunyai pikiran, usul, masukan, kritik dan saran serta masukan terhadap diri kita. Dan bersama teman, terkadang kita dapat mengenali diri kita. Kalau saja kita ternyata belum berkenalan dan mengenali sama sekali, siapakah kita?

Siapakah temanmu saat ini dan apa yang sedang engkau baca hari ini, merupakan cerminan dirimu di masa depan, begini bunyi kalimat yang pernah ku baca. Ya, lebih kurang demikian. Hingga saat ini, aku kembali teringatkan dengan kalimat tersebut. Kalimat yang seluruhnya tidak dapat kuingat dengan baik. Namun ada makna yang dapat ku pahami saat membacanya. Tentang teman, tentang buku. Dan kini, aku hanya ingin memahami tentang teman saja. 

Sehingga sadarlah kita, bahwa teman merupakan salah satu yang menentukan akan menjadi seperti apakah diri kita setelah saat ini? Apabila kita salah dalam menemukan teman, membersamai teman dan memilih teman, maka kita tentu sudah menyalahkan diri kita semenjak awal. Walaupun sesungguhnya tidak berarti teman merupakan poros yang menentukan diri kita pada masa yang akan datang. Namun dapat kita bercermin dari sesiapa saja yang pernah mengalami kesan dan pesan dalam pertemanannya. Sehingga muncullah kalimat sebagaimana yang saya kutip di atas, "Bahwa siapa kita pada masa yang akan datang, turut ditentukan oleh teman kita saat ini." 

Teman yang baik, akan dengan senang hati membenarkan apabila kita salah.  Walaupun ternyata kita belum dapat menerima. Namun apabila kita usaha untuk merenungkan, mengingat, dan memahami apa yang teman sampaikan kepada kita, maka kita pun akhirnya tersadarkan. Bahwa ternyata ada maksud baik dari teman kepada kita. Ah! dan rupanya kita saja yang belum memahami dari awal, apa yang teman sampaikan. 

Kelapangan hati, keterbukaan, dan saling menghormati, menghargai, tepo seliro, dan kerukunan dalam berteman, perlu kita pupuk semenjak dini. Bermula dari lingkungan terdekat terlebih dahulu. Seperti halnya ketika kita menjadi warga di lingkungan kost-kostan misalnya. Lingkungan yang menjadi sarana bagi kita dalam meneruskan kehidupan, tanpa orang tua dan keluarga di sekitar. Sehingga teman-teman yang tinggal bersebelahan kamar dengan kita menjadi keluarga kita yang terdekat. Dalam hal ini, ia bukan lagi teman yang tidak kita kenal, bukan? Bahkan telah menjadi sahabat baik. 

Dalam lingkungan kecil kita, terkadang keadaan membuat kita perlu menata lagi jalinan pertemanan. Seperti ketika terjadi konflik pemikiran, banjir perasaan dan segala uneg-uneg antara satu dengan yang lainnya. Apabila hal ini memang kita alami, maka ada baiknya kalau kita segera merembukkannya. Kemudian menemukan solusi terbaik. Alhamdulillah... kiranya cara musyawarah menjadi salah satu jalan yang kembali dapat mengeratkan hati yang sempat berpecah dan berderai. Karena hati kita bukanlah kaca yang tidak dapat ditautkan lagi ketika ia sempat retak. 

Seperti yang malam ini terjadi. Berkat saran dari beberapa orang teman, akhirnya kami menyelenggarakan lagi musyawarah kilat yang berlangsung selama lebih kurang tiga puluh menit. Dan aku tidak mencatat jadwal yang pastinya, karena kami akhirnya sudah berkumpul saja di satu tempat.  Dalam satu ruangan yang longgar, kami saling menarik nafas lalu mengeluarkannya lagi dengan penuh kelegaan. Sesegar udara pagi hari, adalah nuansa yang kami temukan lagi setelah musyawarah usai. 

Mencari titik temu dari beberapa kejanggalan yang ditemui, adalah langkah awal pembuka musyawarah. Dan masing-masing peserta menyampaikan pemikiran dan harapan serta kesan beserta pesan yang membuat nuansa menjadi tidak biasa. Karena kalau ada yang berubah dan itu membuat tidak tenteram, tentu menjadi berefek pada aktivitas kita bersama, bukan? Ada yang kepikiran sampai ga bisa tidur. Ada yang kerasa-rasa, sampai ga enak makan. Ada pula yang ga mandi-mandi beberapa hari, karena ga kebagian air. Xixixiii... akhirnya tertemu juga ujung dari pokok ketidaknyamanan kami akhir-akhir ini.

Untuk berbagai hal yang kita alami dan menjadi tidak tenteram di hati, adalah baik kalau saling kita carikan solusinya. Dan sampaikanlah pada pihak yang semestinya menerima informasi yang ingin kita sampaikan. Karena kalau kita belum mencurahkannya, mana bisa orang lain mengerti bahasa hati kita? 

"Kita tidak pernah tahu, bagaimana dan di mana kita berada pada lima bahkan sepuluh tahun yang akan datang. Dan kita juga tidak dapat menerka jalan hidup setiap pribadi. Oleh karena itu, dengan belajar akur semenjak saat ini di sini, semoga ketika kelak kita jumpa lagi setelah terpisahkan oleh aktivitas berikutnya setelah tidak lagi di sini, kita masih dapat saling bersapa, bertukar suara, maupun berbagi cerita. Karena dunia ini lama-lama menjadi semakin sempit. Dan pertemuan kita adalah untuk melepas rindu antara saudara yang lama tak bersua." Begini petuah bijak yang Kak Yuli sampaikan pada kami, diantara selingan canda dan tawa yang akhirnya kembali mencairkan suasana. Kamipun saling bersenyuman dan saling mendoakan. Semoga kami dapat menjadi sebagaimana yang kami cita.  Oia, ada satu yang aku ingat, Tihe bercita mempunyai sebuah rumah sakit, kelak. Amiiin ya rabbal'alamiin.

"Wahai indahnya,"  bisikku di telinga Bon Chu.

Kami tidak suka KDRT, namun kami suka KDPT. 
Haiii, info aja, kami semua adalah perempuan, lho. 

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7Akhir kalam, konferensi ditutup dengan hamdalah dan bersalaman selayak sedang berhari raya. Karena kami merayakan kelegaan kembali pikir, jiwa dan raga pun bersenyuman. Ada wajah-wajah yang berseri, tergeli, karena saling mengguyoni. Buat teman-teman yang bersama denganku di kost-kostan ini, aku ingin sampaikan rangkaian catatan ini. Semoga ketika kita bersua lagi walau tidak di dunia nyata, masih ada ingatan antara kita, yaa, teman. Tolong ingatkan kalau aku terlupa, dan aku belum menyadarinya. Dan maafkan aku. Dengan demikian, engkau sedang mengajariku bagaimana cara memahami teman. Sedangkan yang aku kenal, diriku tidak pernah luput dari salah dan khilaf sebagai hamba-Nya. Astaghfirullaahal'adziim.

Light Hearted

Posted by Unknown , 3/01/2013 08:28:00 PM

Catatan saat ini, aku awali dengan salah satu pesan dari Aa Gym hari ini: "Apapun yang kita lihat/dengar/rasakan adalah ilmu dari Allah agar kita bisa evaluasi dan perbaiki diri, agar lebih dekat dengan-Nya."

Dan aku pikir, ada hubungan antara paragraf di atas dengan apa yang hadir di dalam catatanku saat ini. Ya, perasaan, penglihatan, pendengaran dan sebagainya, merupakan salah satu jalan yang dapat mendekatkan kita kepada Allah, apabila kita mampu menjadikannya sebagai bahan introspeksi dan perenungan. So, mari kita petik hikmah dari seorang insan yang sedang  memikirkan tentang harapan dalam bahasa tulisan. 
http://nouhiz.blogspot.com/2012/01/blog-post.html

Lalu ku  sampaikan..., beberapa yaa...

Di pertengahan do'a, kusisipkan namamu. Lalu ku pintalkan rangkaian pinta kepada-Nya, untukmu. Walaupun sepenuhnya aku belum dan tidak akan pernah mengenal siapakah engkau? Namun aku yakin, ingatanku sampai padamu. 

Dengan kesadaran penuh aku berjuang untuk melerai harapan yang terlanjur pernah melekat padamu. Harapan yang dalam harapku, agar engkau kembalikan dengan utuh dan penuh. Hingga tidak tersisa lagi harapanku yang hanya satu, padamu. Walaupun hanya sesirip ikan, adanya. Karena aku takut, harapanku akan tersia, apabila ia masih tertinggal pada dirimu.  /dalam hal ini, ia pernah berharap kepada insan.

Dalam berbagai kesempatan terbaik, ku belajar untuk menegakkan lagi kepalaku saat melangkah. Ketika ia tertunduk lemah dan tanpa kekuatan. Karena ia menanggung beban ingatan berkepanjangan, terhadapmu. Dan aku sanksi, akan kemampuannya, apabila aku lengah sedetik saja terhadapnya. Aku takut tidak mampu menjaganya dengan baik. 

Dalam kondisi terjagaku yang terakhir, aku ingin segala harapanku utuh kembali. Dengan demikian dapat ku titipkan ia sepenuhnya kepada Pemiliknya. Karena aku tidak ingin ia tergeletak begitu saja pada tempat-tempat yang tidak layak baginya. Karena harapanku sungguh berharga.  Sehingga aku perlu memperhatikan keberadaannya seringkali. Di manakah ia berada saat ini? 

Tidak ada harapan yang boleh tertinggal pada tempat-tempat terendah. Apalagi untuk memberikannya pada sesiapa saja yang tidak berhak atasnya. Termasuk juga pada alam, dan segala yang ada di dunia. Karena apabila ku temui ia berada pada makhluk, maka aku pasti akan merasakan kecewa, kemudian. Terlebih lagi kalau harapan itu aku sisipkan pada benda-benda mati yang tidak bernyawa sama sekali. Tidak sekali-kali. 

Lalu, bertanya aku untuk menemukan jawaban. Di manakah harapanku pantas berada? Agar aku bahagia saat ia masih bernama harapan. Lalu ku usaha untuk menemukannya dalam kenyataan. Dengan terus menjaga harapanku pada tempat terbaiknya. Dan tidak akan pernah lagi ku pindah geserkan ia walaupun sedepa atau sehasta. Karena ia telah melekat erat. 

Harapan, aku sedang bertumbuh bersamanya. 
Harapan, aku terus berjalan di sisinya.
Harapan, aku ingin menjaganya senantiasa.
Harapan, aku tidak sedang bercanda.

Harapan, meski masih jauh jarak di antara kita,
Namun aku yakin bahwa engkau akan terus memberikan pertanda padaku. Untuk memberitahu padaku, di mana engkau berada. Agar aku terus berjuang untuk mendekatimu. Lalu kita bersenyuman seindah senja yang langitnya berwarna warni seperti sore tadi. Jingga, bening, putih, pink, biru, hijau toska dan keemasan. Sungguh penuh warna dan aku suka.
C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Mana Buktinya?

Posted by Unknown , Thursday, February 28, 2013 2/28/2013 09:00:00 PM

Aku termasuk seorang yang tidak mudah percaya dengan informasi yang aku terima. Kecuali kalau hatiku menerima. Maka aku pun mempercayai dengan sepenuhnya. Sedangkan tentang informasi sakitnya Bapak RT semenjak beberapa hari yang lalu, termasuk salah satu informasi yang tidak langsung ku percayai. Oleh karena itu, aku masih menyimpan tanya yang ingin segera ku temukan jawabannya. 

Hingga tadi siang, akhirnya aku kembali dapat menemui Bapak RT di kediaman beliau, tidak jauh dari tempat ku tinggal. Ya, hanya beberapa rumah saja dan melangkah tidak sampai sepuluh menit, aku pun sampai di kediaman Bapak RT. 

Di sela-sela waktu istirahat siang dari beraktivitas, ku sempatkan berkunjung. Karena dalam yakinku, tentu tidak mudah menemukan jadual yang pas dan tepat. Dan ketika kesempatan datang, maka memanfaatkannya dengan optimal adalah pilihan yang terbaik, kiranya. 

Sebelum berkunjung, aku tentu saja menghubungi via telepon terlebih dahulu. Walaupun semenjak kemarin siang aku sudah janjikan untuk datang, hari ini. Nah! Apa yang terjadi selanjutnya? Ketika aku menelepon, ternyata yang menerima adalah suara Bapak-bapak tiga puluhan tahun. Dan aku yakin, bukan suara Bapak RT. Setelah memberitahukan maksudku, maka beliau awalnya tidak segera menerima, dengan alasan yang kemudian tidak langsung ku percaya. 

Ah, aku. 

Kemudian, aku pun berusaha meyakinkan Bapak penerima telepon bahwa kehadiranku karena sudah menyusun janji kemarin siang. Lagi pula, aku sudah berada dekat dengan kediaman Bapak RT.  Dan untuk kembali lagi, sebelum sampai ke tujuan, itu bukanlah aku. Karena aku akan terlibat tanya yang berikutnya dan berikutnya dan membuat aku tidak akan damai dalam waktu-waktu yang selanjutnya. 

Dengan tanpa memberi alasan lain, akhirnya Bapak penerima telepon pun mengiyakan, dan mempersilakanku untuk melanjutkan kunjungan. Padahal, tidak ada maksudku untuk memaksa. Namun, karena aku terlanjur berniat. 

Ketika baru saja sampai di lokasi, yang menyambutku adalah Bapak penerima telepon. Beliau mempersilakanku untuk menuju ruang tamu, yang ternyata Bapak RT sudah berada di sana. Aku meminta izin terlebih dahulu, mengucap salam, dan beliau persilakan aku duduk. Aku duduk di kursi yang berseberangan dengan Bapak RT. Sedangkan beliau, terlihat berbeda dari biasanya. 

Oihyaaa...? Sempat ku terkaget, seraya tidak percaya. Aku bertanya-tanya semenjak beberapa hari yang lalu, dan jawabannya pun ada di depan mata. Bapak RT betul-betul sedang dalam kondisi yang kurang sehat. Namun beliau masih sanggup untuk berdiri dan bicara, hanya sakit ringan, pikirku. 

Aku sedikit menyesal, karena memaksakan diri untuk berkunjung ke kediaman beliau. Kalau saja aku sedikit bersabar, tentu aku tidak akan menyaksikan kondisi sebagaimana  yang beliau alami. Dan pasti saja aku tidak akan pernah tahu, bagaimana kondisi terakhir beliau semenjak dikabarkan sakit. Selain itu, tentu aku tidak dapat mengambil pelajaran hari ini. Dan bagaimana mungkin aku dapat merangkai catatan saat ini, kalau saja kunjungan tidak jadi berlangsung? Oleh karena itulah, aku jadikan aktivitas tersebut sebagai salah satu pengalaman hari ini yang perlu ku prasastikan.

Beberapa menit kemudian, setelah berjumpa dengan Bapak RT, beliaupun memberikanku beberapa patah sambutan. Lalu, aku pun menanyakan beberapa hal kepada beliau. Sedangkan Bapak RT menjelaskan dengan baik dan terperinci hingga aku mengerti. Intinya, masih banyak prosedur yang perlu aku lengkapi untuk dapat memperoleh informasi data terbaru sebagai penduduk di kota ini. Owh, semua terjadi di luar dugaanku. 

Aku pernah berpikir bahwa proses kepindahanku ke lain kota, dapat berjalan dengan lancar dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya dan cepat. Namun, aku perlu kembali menata ingatan dan harapan serta aliran pikir ini. Dengan terus mengingatkannya bahwa apa yang aku alami dan jalani, tidaklah seberat dan serumit yang aku pikirkan. Dan aku pun pernah mengalami pengalaman yang sama, sebelum ini. So, dengan tetap berpikiran positif dan optimis, aku yakin dapat memperoleh data terbaru, dalam waktu dekat.

Esok, perjuangan dan proses akan ku lanjutkan. Yaitu memperoleh lembaran dokumen pendukung dari lembaga tempatku meneruskan pendidikan. Karena memang, salah satu persyaratan yang tadi Bapak RT berikan adalah memperoleh surat referensi dari universitas. Nah! Setengah prosesnya sudah berlangsung tadi, berkat komunikasi yang ku tautkan dengan salah seorang pegawai yang berbaik hati dalam membantuku. Beliau menyampaikan, bahwa besok aku tinggal menemui bagian terkait, karena beliau telah berbincang tentang kebutuhan yang aku sampaikan melalui beliau. Lagi-lagi, aku ingat kebaikan seorang yang ingin segera ku balas dengan kebaikan yang lebih baik lagi. Bapak Ayub, sebagaimana nama beliau, ingin pula ku ukir dalam catatan perjalananku hari ini. Terima kasih Bapak, atas pertolongannya. Dan aku senang. 

Masih panjang perjalanan yang perlu ku tempuh. Ada beberapa persimpangan yang sedang ku lalui sekaligus. Antara mengurus dokumen kepindahan, meneruskan perjuangan dalam merangkai tugasku, kemudian menjalankan aktivitas dalam hari-hariku. Aku belum pernah membayangkan akan menjalani semua ini, sebelumnya. Namun kini aku hadapi dalam kenyataan. Betapa indahnya rencana Allah untukku. Allah telah persiapkan rangkaian kisah untuk ku jalani dengan baik, sebagai bagian dari kisah kehidupanku. So, saat ini, setelah semua Allah sampaikan padaku, bagaimana tanggapanku dalam menjalaninya? Apakah aku bersungguh-sungguh, atau bagaimana? Aku sedang membuktikan kesungguhanku dalam menjalani semua ini.

Adapun salah satu buktinya adalah catatan yang sedang ku rangkai ini. Catatan yang dapat mengingatkanku lagi, setelah semua aku alami. Sehingga dapatlah ia menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga, dariku, untukmu, bagi kita.

"Kita tidak perlu menjalani semua hal yang orang lain jalani, agar kita dapat memperoleh pengalaman. Namun dari membaca, mengamati, dan memperhatikan bagaimana orang lain menjalani hari-harinya, dapat menjadi pengalaman pula bagi kita. Kita dapat belajar dari kesuksesan yang orang lain peroleh, agar kita memahami arti kesungguhan. Pun kita dapat belajar dari proses yang orang lain lalui, agar kita mau meneladani. Sehingga kita tidak segera menyerah saat lelah. Namun kembali bergerak walau selangkah, dengan penuh keyakinan." 

Apapun yang kita saksikan, kita temui, kita perhatikan dan kita pahami, merupakan pengalaman yang sangat mahal harganya. Termasuk sesiapa saja yang menyampaikan pengalaman kepada kita, tanpa perlu kita alami pula. Maka, orang tersebut adalah pahlawan yang sangat berjasa bagi kita. 

Perhatikanlah sesiapa saja yang sedang berada di hadapan kita, lalu belajarlah darinya pada saat itu juga. Maka kita akan menjadi seorang yang gemar belajar. Jadikan beliau sebagai guru terbaik kita, lalu berterima kasihlah segera. Karena mungkin saja kita tidak akan bertemu lagi dengan beliau untuk kedua kalinya. So, keep your first meet with others as an incredible moment in your life. Dan menjadilah reporter dalam perjalanan kehidupanmu. Ia yang siap sedia kapan saja, untuk memberikan informasi kegiatan-kegiatan yang engkau jalani.
C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

No Tittle

Posted by Unknown , 2/28/2013 07:54:00 AM

Hari ini, engkau bertemu dengan pribadi, sesosok insan yang sempurna. Engkau tidak sedang bersua dengan sebuah robot dengan potongan-potongan anggota tubuh yang hanya akan bergerak karena kendali mesin yang engkau rancang sedemikian rupa. Namun engkau sedang berhadapan dengan seorang manusia biasa, yang mempunyai akal, pikiran, hati dan perasaan. Engkau sedang berjumpa dengan seorang hamba, bukan pesuruh, yang dapat engkau perlakukan semaunya engkau. Engkau bertukar ekspresi dengan seorang yang mempunyai masa depan, dan masa depannya bukanlah berada pada ketetapanmu. Namun berhubungan dengan kemauannya dalam merancang, masa depan seperti apakah yang ia inginkan, setelah bertemu denganmu?

Hari ini, tepatnya saat ini, engkau sedang bersua dengan seorang sahabat, ya sahabat. Ia adalah sahabatmu, yang engkau dapat memperlakukannya sebagaimana engkau ingin memperoleh perlakuan. Engkau dapat memberinya, sedangkan pemberian tersebut tidak engkau harapkan kembali. Namun ia mengingati apa yang pernah engkau berikan padanya, dan ingin memberimu pula, walaupun tidak saat ini, directly.

Tepat detik ini, engkau tidak lagi bersama dengan seorang yang engkau tidak mengenalinya. Karena ia telah begitu lama bersama denganmu dalam menjalani waktu dan hari-harinya. Walaupun engkau barangkali tidak mengenalinya, lagi. Namun ia ingat pernah berjumpa denganmu, kapan yaa.. Ingatlah, maka dengan mengingat maka engkau dapat bersua kapan saja dengan sesiapa yang engkau ingin jumpai. Lalu, sudahkah sampai ingatanmu pada seorang yang saat ini sedang berbicara denganmu? Ia sangat merindukanmu, merindukan bijaksana sikapmu yang lebih dewasa darinya. Merindukan teduh pandanganmu yang merupakan hiasan wajahmu. Merindukan kelembutan prilakumu yang menjadi cerminan indah akhlakmu. Ia sangat merindukan sosok terbaik yang pernah ia temui, dan itulah engkau.

Engkau, setelah dua puluh menit, tiga puluh menit, hingga puluhan menit kemudian dan sampai pada hitungan yang tiada terhingga, akan menjadi bagian dari kehidupannya, yang selanjutnya. Engkau yang ia ingat dalam hari-harinya. Karena baginya, engkau berarti dan berharga. Sehingga mungkin saja, ia tidak akan pernah lagi menemukan sahabat yang sepertimu, di dunia ini. Walaupun memang ada, tentu engkau berbeda. Dan baginya, engkau istimewa. 

Dia, mengetahui kehadiranmu. Walaupun ia tidak dapat menyaksikan ragamu yang nyata-nyata ada. Karena ia tidak mempunyai mata yang dapat melihatmu. Pun ia tidak mempunyai raga yang dapat engkau lihat pula. Namun yakinlah, bahwa ia sedang mendekatimu setiap saat. Hanya saja, engkau terkadang tidak menyadari kehadirannya. Akan tetapi, ia ada di sisimu. Untuk memperhatikanmu karena ia terkagum, untuk mengagumimu karena perhatianmu.  Dan semua itu ia lakukan karena ia bahagia bersamamu. Walaupun hanya sementara.

Engkau, saat ini sedang memperhatikannya? Sedangkan ia pun begitu. Dan jika engkau tidak memperhatikannya, pun begitu pula dengannya. Bukankah engkau berbeda? Nah! Oleh karena itu, perbedaan yang menjadikan kalian begitu mudah untuk saling memberi warna. Engkau putih sedangkan ia hitam. Engkau merah dan ia kelabu. Engkau hijau sedangkan ia jingga.

Ah! Cukup lama aku  memperhatikan kalian, teman. Lalu ku abadikan ia di dalam selembar catatan. Agar aku tahu, bahwa kita adalah sahabat. Walaupun engkau dan dia belum menyadari. Namun aku ingin menjadi bagian dari kehidupan kalian. Dan saksikanlah bahwa engkau, dia, pun benar-benar bagian dari kehidupanku.  

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Original Person in the Planet Earth

Posted by Unknown , Wednesday, February 27, 2013 2/27/2013 10:04:00 PM

Ku tinggalkan sebuah masa yang aku menyadari bahwa ia tidak akan pernah kembali lagi, namun aku tinggalkan ia dengan senang hati. 

Walaupun hampir semua yang aku alami belum dapat ku pahami, namun aku bergembira dalam menjalaninya. Karena aku yakin dan percaya bahwa pasti ada hikmah dan makna yang terdapat di setiap detiknya bersamaku. Oleh karena itu, aku perlu membuka pintu hati seluas-luasnya, menyelami lautan pikir hingga ke dasarnya, dan tetap menjejak di bumi. Karena aku masih ada di dunia. Jadi, aku sadari bahwa semua ada dan berasal dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Ketika aku sempat terpesona dengan yang aku temui dan aku masih belum mengerti dengan kehadirannya terhadapku, maka segera ku buka sebuah buku catatan. Lalu, ku selipkan beberapa kalimat berisi pertanyaan, padanya. Hal ini aku lakukan apabila aku tidak dapat langsung mengajukan pertanyaan yang hadir dari dalam diri ini. Dengan demikian, aku akan menanyakannya lagi kepada orang-orang yang lebih ahli. Apabila dalam waktu yang ditentukan, lembaran catatan yang ku tulisi belum mampu menjawab pertanyaanku. 

Engkau boleh saja menerima informasi dari sesiapa saja yang menyampaikan padamu. Namun sesuatu informasi yang hiperbola dan berlebihan tentu tidak semestinya dapat engkau percaya. Oleh karena itu, bergeraklah untuk menemukan bukti dari informasi yang engkau terima. Sebagai salah satu jalan bagimu untuk tidak bertanya-tanya lagi, atas informasi yang engkau terima. 

Apabila ada yang perlu engkau ketahui, dan ternyata engkau sangat ingin mengetahuinya, maka temukanlah orang-orang yang dapat memberitahumu. Dan yakinkan dirimu tidak sedang bertanya pada orang yang bukan ahlinya. Karena boleh jadi, orang yang engkau tanya akan bertanya kembali padamu. 

Di dunia ini, selama kita masih berada di atasnya, tidak ada seorangpun yang tidak pernah salah. Karena apabila kita mencari-cari kesalahan orang lain, maka akan banyaklah kita menemukannya. Namun aku, hanya ingin menemukan banyak kebaikan yang oranglain lakukan kepadaku dan aku sibukkan diriku dengan semua itu. Sehingga tidak ada lagi celah waktuku yang tersisa untuk menemukan kesalahan orang lain. Dengan demikian, akan mudah bagiku untuk melupakan, apabila memang ada kesalahan dari orang lain yang aku ketahui.  Bukan untuk tidak peduli, namun karena tidak ada lagi waktu bagiku untuk menemukan kesalahan orang lain. Hanya aku berpikir positif saja, lalu mengambil makna dan hikmah darinya. 

Engkau menjanjikan untuk menghubungiku lagi, setelah kita berjumpa pada suatu kesempatan. Dan memintaku untuk memberikan informasi tentang diriku, yang dapat memudahkanmu, nanti. Sedangkan aku, terus menunggumu setiap saat, berharap engkau kembali menghubungiku. Akan tetapi, penantianku mungkin tidak akan pernah berhasil, karena ternyata engkau lupa menghubungikukah?  Ah, aku yang salah, mengapa tidak ku pinta juga informasi tentangmu, sehingga aku menjadi mudah untuk mengingatkanmu, kalau memang benar engkau lupa?  Namun semua telah terjadi. Dan aku tidak dapat menyesali apa yang telah terjadi. Cukup aku menjadikannya sebagai salah satu bahan pelajaran dalam kehidupan. Kemudian ku rangkai catatan dengan tema yang sama, agar catatan tersebut menjadi jalan ingatkanku untuk tidak melakukan kesalahan yang sama kedua kalinya. Sedangkan engkau, ku pikir sedang sibuk atau memang belum ingat, atau masih menjadualkan untuk menghubungiku lagi. 

Aku mungkin saja tidak seperti yang engkau pikirkan. Dan ternyata aku juga tidak seperti yang engkau pernah kenali. Namun yakinkanlah dirimu, bahwa memang begitulah adanya aku. Aku yang akan terus menjadi diriku dalam berbagai kesempatan terbaikku. Terkadang engkau menemukanku seperti anak-anak yang begitu mudahnya berekspresi. Lalu, dalam kesempatan yang lain, engkau memperhatikanku sedang serius dengan aktivitasku. Nah! Pada lain waktu, ternyata aku seorang yang penuh dengan kisah dan cerita ketika berhadapan denganmu, alias curhatimu melalui catatan demi catatanku. Dan pada lain waktu, tidak ada satupun informasi dariku yang engkau terima. Aku seakan tiada di bumi lagi, karena aku tenggelam dalam rutinitas yang membuatku tidak terlihat dalam kehidupan. Oleh karena itu, tetaplah memandangku sebagaimana engkau ingin memandang, dari segi dan aspek yang engkau mau. Dengan demikian engkau menjadi tahu bahwa ternyata kehidupanku penuh dengan warna-warni dan aneka corak. Dan ternyata pula, aku sedang berusaha untuk menata warna-warni yang hadir silih berganti, dengan sebaik-baiknya. Agar pada akhir kehidupanku nanti, dapat kutemukan sebuah prasasti yang terukir dengan indah, seindah langit sore tadi yang jingga keunguan, bertabur biru dan pinky. 

Hari ini, aku mungkin saja masih engkau temui. Namun entahlah dengan esok...  
C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Perpustakaan Impian

Posted by Unknown , 2/27/2013 07:36:00 AM

Oke, dalam kesempatan terbaik ini, aku ingin melampirkan beberapa buah picture, yang ku angkat dari aktivitas sore kemarin. Berikut kisahnya.   
Terima kasih, atas inspirasinya, buat sesiapa saja yang sedang ku ingat ketika menulis rangkaian reportase tersebut. Beliau yang tidak semua dapat ku tuliskan nama.





C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Quick Note

Posted by Unknown , Tuesday, February 26, 2013 2/26/2013 02:41:00 AM

Hmm... aku gak pengen ngantuk lagi malam ini. Karena tadi udah ketiduran lebih awal. Kini, hingga detak jam terdengar begitu jelas, aku sedang duduk di depan layar bercahaya. Dalam suasana yang sepi dan sunyi di sini. Hihi.. Aslinya aku mampir ke sini, cuma buat nitip sebaris dua baris catatan doang. Karena sebelumnya aku mulai merasakan mataku mulai meredup. Nah! Biar mata ngebuka lagi dengan sentosa, maka aku pun melihat-lihat dunia luar dulu, aaccch. 

Malam menjadi seakan tidak bertepi, saat ku terbangun tadi. Dengan perut yang ternyata belum ku isi. Aku sampai lupa dinner. Lalu, ku coba beranikan diri bangkit. Semoga aku masih kuat bertahan, hingga esok menjelang.

Setelah terlelap dibuaian mimpi yang aku sudah lupa lagi. Tadi aku mimpi apa, yaa. Ah, apapun mimpiku, biarlah ia berlalu.
Dari mimpi ke mimpi, ku menjalani hari. Seakan aku belum terbangun setiap pagi. Dan saat ini pun, dini hari. Aku masih seakan berada di alam mimpi. Walaupun kondisiku tidak sedang terlelap dalam tidur. Aku seakan bermimpi, ketika merangkai beberapa baris kalimat di sini. Dan aku ingin ia tidak hanya mimpi. 

Berulang sapa ku coba sampaikan pada diri ini. Tentang beraneka cita yang pernah ia selipkan di ruang hati. Cita yang salah satu diantaranya adalah menjadi bagian dari orang-orang yang segera terbangun dari mimpinya. Dan itu masih belum terjadi dan aku alami. Karena saat ini aku masih bermimpi.

Dalam mimpi panjangku awal malam ini, aku pun meneruskannya lagi. Karena aku tidak ingin terbangun kadang-kadang. Itupun kalau mimpiku indah. Namun bila mimpiku malah tak seindah yang aku inginkan, maka aku ingin terus melanjutkan bermimpi lagi. Walaupun dalam suasana terjaga, seperti ini. 

***

Alarm jam yang ku setting pukul 2.15 akhirnya ku dengar juga bunyinya. Aha! Alhamdulillah, aku sudah dalam kondisi terjaga. Padahal tidak ku rencana sebelumnya. Apakah ini merupakan efek dari pikiranku yang terus menyala? Ya, karena aku tak bisa tidur nyenyak, karena masih kepikiran dengan tugasku. Pun aku teringatkan pada ingatan yang ku ingat-ingat, atau keingat begitu saja? 

So, atas semua ingatan yang masih membersamaiku hingga detik ini, aku ingin menjaganya terus ada. Karena aku tidak mau  menjadi orang yang kehilangan ingatan. Ya, berbesar hati ku coba dan terus usaha untuk menata ingatan yang hampir setiap hari menjadi bagian dari diriku. Ingatan yang membuatku segera bergerak dan melangkah lagi.

Ingatan, atas ingatan ini, aku ingin beraikan ia dalam barisan sunyi dini hari, tentang fitrah yang tidak ingin ternodai, agar ia senantiasa suci. Agar ketika ku sampai di ujung perjalanan nanti, ku dapat mensenyuminya lalu melanjutkan langkah-langkah kaki di sisinya. Supaya tidak lagi ku jadikan ingatan ini sebagai penyulit diri atau pemberat hati ketika ia sedang menjalankan bakti. Pun, agar ingatan apapun itu, menjadi secercah cahaya yang hadir untuk menerangi ruang hati yang sebelumnya kegelapan. Dan menjadi pembuka pikir yang sebelumnya terkunci, dan pengap adanya. Ah, aku ingin terus menjaga ingatanku yang selamanya ingin ku tata. Ingatan pada secangkir teh hangat pagi hari, dan aku suka. Ingatan pada dua lembar roti tawar yang telah kutaburi dengan butiran cokelat yang merekatkannya. Ingatan pada kelezatan menu sarapan yang dapat ku santap bersama senyuman mentari pagi. Ingatan pada kebahagiaan yang terpancar dari hati yang mensyukuri setiap detik waktunya. Waktu yang perlahan pergi dan tidak akan kembali lagi. 

Aku ingin terus menjaga ingatan ini, ingatan yang menterjagakanku setiap saat aku mengingatinya. Ingatan yang selamanya membersamaiku. Ingatan yang membuatku terus berjuang untuk meraihnya, apabila ia ternyata masih berada nun di langit asa. Ingatan yang ku usaha untuk mendekatinya, ketika ia berada jauh dariku. 

Ketika antara aku dan ingatan tidak lagi berjeda. 
Maka pada saat itulah aku percaya, bahwa kami sama.
Kan ku kejar mimpi-mimpiku, hingga di dunia maya sekalipun, namun di sana aku tidak akan pernah tidur, kecuali melanjutkan mimpi-mimpiku bersamanya.

Hehe...  May.... jangan pernah tertidurkan aku di dalam lembut selimutmu, yaa. ^^ 
***


C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Rukun Bertetangga

Posted by Unknown , Monday, February 25, 2013 2/25/2013 06:12:00 PM

Hingga akhirnya aku menemukan bahwa diriku mulai beranjak dewasa. Dan aku percaya bahwa masa demi masa yang telah ku lewati akan menjadi bagian dari proses pendewasaan yang berikutnya. Sedangkan kenyataan yang aku alami hari ini, menjadi pemicu tekad untuk memberikan yang terbaik bagi sesama. 

Seperti yang telah aku ketahui semenjak Sabtu yang lalu, bahwa Bapak RT sedang sakit. "Beliau menderita tekanan darah tinggi/hipertensi," begini informasi awal yang aku peroleh dari istri beliau yang sempat ku temui pagi harinya. Sedangkan untuk menemui Bapak RT langsung, tentu aku belum mempunyai kesempatan. Dikarenakan beliau sedang tidak dapat diganggu, sedang beristirahat, tambah Ibu RT. Sehingga pahamlah aku, bahwa kesempatan pertama aku berkunjung ke rumah Bapak RT, belumlah optimal. Karena hanya mendengarkan informasi saja. Padahal, aku sangat membutuhkan pemandangan nyata, benarkah beliau sedang menderita sakit? Aku pun berpikir, kalau iya, maka hari ini aku perlu mengunjungi rumah Bapak RT lagi.C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Senin ini Ku Ingatkan lagi

Posted by Unknown , 2/25/2013 06:46:00 AM

Akhirnya hari yang dinanti pun tiba. Hari Senin. Senin? Apakah yang istimewa padanya? 

Waktu kembali bergulir lambat. Detik ke menitnya terasa begitu pelan. Dan semua itu tidak mengubah fungsi jam dan waktu. Ya, ia ada menjadi penanda dan pengukur kinerja kita, tentu saja.

Senin hari ini, tentu berbeda dengan Senin pada bulan yang lalu. Begitu pula dengan hari Senin yang akan kita tempuh, insyaAllah pada hari-hari yang selanjutnya. Ia tidaklah pernah sama, kecuali namanya saja. Karena dari Senin yang satu ke Senin yang lainnya, mempunyai kisah tersendiri untuk kita. Dan ia ada agar kita kembali ingat, apa makna yang dapat kita petik selama bersamanya? 

Hari ini, Senin masih pagi. Entahlah hingga sorenya kita masih dapat mengiringi masa baktinya hari ini. Entah kita yang terlebih dahulu meninggalkannya, tanpa pernah tahu bahwa ia masih tersisa untuk kita. Namun, seoptimal yang dapat kita upaya, Senin pagi ini perlu bermakna. 

Ada seberkas tanya yang menemaniku pada Senin pagi ini. Tentang pertukaran hari yang silih berganti. Ya, ia terus saja bergiliran, tanpa memberikan ruang kosong sehari saja, tanpa nama. Dan tidak terasa pula, Senin depan adalah hari terakhir usiaku yang ke dua puluh enam tahun. Oh, lalaaaa... Aku ternyata tidak lagi remaja. Hahaa. So, I should give some messages to myself about this. 

Tentang janjinya yang akan menitipkan sebuah hadiah kepadaku pada hari pertukaran usia kami, akankah? Ah, coba aja engga. Eh, hadiahnya apa yaa? Hmmm...

Aku tahu dan menyadari bahwa perjuangannya perlu lebih optimal lagi agar dapat memberikan hadiah tersebut, tepat waktu. Oleh karena itu, maka aku perlu membantunya, tidak hanya menanti.  Karena kami perlu bekerja sama senantiasa. Lalu, bagaimana dengan hari ini? Apakah proses masih berlangsung dan kami jalani? Xixiii, beberapa potong kalimat yang kami susun dan rangkai lagi, tentu dapat memberikan bukti pada ku. Bahwa ia terus berusaha untuk memberikan hadiah terbaik padaku. 

Wahai, pertukaran usia yang paling berkesan adalah pada tahun ini, menurutku. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun yang sebelumnya. Karena, pada tahun ini, aku mempunyai satu kewajiban yang belum kelar-kelar juga. Skripsi, how are you?

Ku tata huruf demi huruf, menemukan referensi, berkunjung ke perpustakaan, bersemedi di toko buku, hampir semua aku lakukan. Tidak jeda hari yang ku jalani, tanpa berhubungan dengan buku-buku Akuntansi. Karena itulah program yang aku ambil dalam jenjang pendidikan formal. Aha, setelah menyelesaikan skripsi dan melengkapi administrasi, aku akan menjadi Sarjana Ekonomi. Ya Allah, betapa tidak mudah semua ini aku jalani. Namun aku yakin dan percaya bahwa semua akan berakhir. Tahun ini, 22 Juni adalah batas akhir waktu penyusunan skripsiku.

Ku bayangkan, sebelum bulan dan angka tersebut muncul di permukaan hari iniku, maka tidak ada lagi skripsi yang aku kerjakan. Karena ia sudah jadi dan berwujud sebuah buku tebal, menjadi karya ilmiah. Dan aku dapat membayangkan senyuman terindah dari dosen pembimbingku. Karena beliau bahagia telah membimbingku dengan baik dalam menciptakan karya terbaik. Ibu Hj. Hetti Herawati, SE, MSi, ku ukir nama beliau di dalam hari iniku. Sebagai salah satu pengingatku terhadap beliau lagi, saat kami tidak dapat bertemu dalam tatap mata. Namun semoga ingatan menjadi salah satu jalan bagi kami untuk terus bersapa.

Ku bayangkan pula, pada detik-detik terakhir kehadiranku di Sangga Buana, merupakan waktu yang paling berharga. Karena bersama dengan dua orang sahabat lainnya, kami akhirnya lulus jugaaa... Alhamdulillah,  tidak sia-sia segalanya. Dan apapun dapat menjadi mungkin, kalau kita yakin. Teh Mey, Timoet, kita bisa bersama-Nya.
C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Teruntuk Rembulan sebelum Purnama

Posted by Unknown , Sunday, February 24, 2013 2/24/2013 08:28:00 PM

Telah ku rangkai pesan teruntuk rembulan yang tersenyum di atas sana, via angin malam yang bersemilir sepoi, bahwa:

"Aku ingin berjumpa dengannya, sebelum ia berubah menjadi purnama."


Pesan tersebut ku kirimkan senja tadi, seiring dengan terkesimanya aku saat menengadahkan wajah ini. Lalu, mataku tertuju pada sebuah objek yang bercahaya. Cahayanya tidak begitu benderang. Karena ada gumpalan awan yang berada di sekelilingnya. Walaupun demikian, aku percaya bahwa di atas sana ia sedang berusaha untuk menepikan kumpulan awan yang menghalangi cahaya bulan sampai ke bumi dengan sempurna. 

Beberapa saat setelah aku mengirimkan pesan, azan Isya pun berkumandang. Segera ku berwudu' kemudian mendirikan shalat. Karena dalam yakinku, shalat di awal waktu adalah lebih utama dari pada belakangan. Lagi pula, kita tidak dapat memastikan, bukan? Bahwa beberapa detik kemudian nafas kita masih ada. Oleh karena itu, jangan tunda-tunda untuk berbuat kebaikan. Segeralah menjalankan apapun kebaikan yang engkau yakin dapat menjadi jalan menyelamatkanmu hingga engkau sampai ke tujuan.

Perjalanan yang ku tempuh seharian tadi, selama lebih kurang tujuh jam lamanya, menyisakan kesan yang berlimpah. Hingga aku pun hadir ke sini untuk menitipkannya beberapa. Seingat yang dapat ku ingat, karena aku sangat mudah terlupa padanya kalau aku belum menuliskan. 

Adapun kesan yang ku peroleh dalam perjalanan, bahwa ternyata di jalan-jalan yang membentang, sungguh sangat banyak hal tidak terduga yang kita temui. Terkadang, tanpa kita pernah memikirkan, tiba-tiba saja kita berjumpa dengan satu dua orang yang menyapa kita. Padahal sebelumnya, tidak pernah berjumpa. Kemudian ada lagi yang menitipkan senyuman manis saat wajah itu bertemu dengan mata kita. Wahai, tadi di latar Masjid Pusdai, menjelang Maghrib, aku melihat selembar wajah yang tersenyum padaku. Muslimah anggun. Dan akupun tersenyum, pada beliau... :) Kami bersenyuman. Hehehe, siapakah beliau, aku tidak tahu. Namun yang jelas, senyuman itu menjadi salah satu bahan pelajaran bagiku, hari ini.

Kemudian di Masjid Agung Bandung, siang harinya. Menjelang azan Zuhur berkumandang, aku duduk-duduk sejenak di samping sebuah tiang yang tinggggiiii sangat. Namun tidak bersandar. Nah! Pada saat yang bersamaan, ada seorang perempuan separuh baya bertanya padaku, "Kalau mau pinjam mukena, ada di mana yaa?"

Aku yang sedang termenung segera berpaling ke arah beliau, lalu menjawab bahwa, "Aku tidak tahu." 

Ya, karena memang aku tidak tahu, pada saat itu. Padahal sebelumnya aku tahu. Namun tadi, ternyata tempat peminjaman mukena telah berpindah. Tidak lagi pada lokasi yang dulu. Oh, ternyata dunia cepat berubah, bisikku pada diriku sendiri.

Pada kejadian tadi, aku pun menyadari. Bahwa, apa yang sebelumnya kita ketahui, mungkin saja tidak lagi akan kita ketahui pada waktu yang berikutnya. Itu terjadi kalau kita tidak mengupdate informasi tentang pengetahuan kita sebelumnya. Jadi, kesimpulannya adalah agar pengetahuan kita tidak usang, maka kita perlu memperbaruinya dengan terus belajar. 

Belajar, ya belajarlah. Jangan pernah henti hingga kita tiada lagi. Termasuk saat detik-detik terakhir kehidupan kita di dunia ini. Semoga kita dalam suasana belajar, yaa. Dan perjalanan yang sedang kita tempuh adalah dalam rangka menjemput ilmu. Karena telah tersampaikan jelas di dalam salah satu hadist riwayat Muslim bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa berjalan dalam rangka menuntut ilmu maka akan dimudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)
C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Untukmu Wahai Para Remaja

Posted by Unknown , 2/24/2013 06:15:00 AM

Engkau, aku, kita pernah remaja. Begitu pula halnya dengan para orang tua yang telah mempunyai putra dan putri yang saat ini telah menempuh usia remaja pula. Beliau, para orang tua, tentu mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang pergaulan remaja. Karena beliau telah pernah mengalaminya. Pengalaman menjadi remaja. 

Engkau, aku, kita yang saat ini masih remaja. Tentu saja kita belum mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang pergaulan remaja. Kecuali setelah beberapa tahun yang akan datang. Maka kita akan mempunyai pengalaman pula, bukan?

Remaja dan pergaulannya, sangat erat hubungannya dalam mendukung proses perkembangan dan pertumbuhan remaja. Termasuk cara pandang remaja terhadap masa depannya, pun menjadi bagian penting yang diperoleh remaja dalam pergaulannya. 

Remaja yang masih labil, tentu seringkali mau dan mampu memperoleh warna dari lingkungannya. Dan akhirnya, ia pun terlarut dalam pergaulan, baik positif ataukah negatif? 

Remaja yang selektif, tidak akan sembarangan dalam menentukan lingkungan pergaulannya. Intinya, walaupun masih remaja namun ia dapat memberikan perhatian berlebih terhadap harapan akan masa depannya yang lebih baik. Sehingga ia kelilingi dirinya dengan lingkungan yang terbaik. Dalam hal ini, ia menempatkan lingkungan sebagai aspek utama dan pertama dalam pergaulannya. 

Remaja yang memperoleh referensi dari orang tuanya tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh ia lakukan tentu mempunyai gambaran tentang bagaimana cara bergaul. Walaupun ia belum mempunyai pengalaman sama sekali, sebelumnya. Namun ia akan ingat dan mengingat bahwa dalam pergaulan, ia mempunyai batasan-batasan. Dan batasan tersebut menjadi salah satu faktor pendukung bagi remaja tadi untuk benar-benar memperhatikan lingkungan pergaulannya.

Remaja yang berada di lingkungan baik-baik, akan bertumbuh menjadi remaja yang baik. Remaja yang mempunyai teman-teman yang baik, maka seiring dengan beranjaknya usia menjadi dewasa, ia akan terpengaruh pula dengan teman-temannya yang baik. Oleh karena itu, menjadi hal yang sangat penting kiranya, untuk kita pahami. Bahwa lingkungan menjadi faktor utama dan pertama dalam pergaulan remaja.

Remaja dan fenomenanya tentu beragam. Ada yang dapat membuat kita terpesona, ketika kita mengetahui bahwa banyak prestasi yang diukir oleh remaja. Pun membuat kita kasihan padanya, apabila dalam pergaulannya, remaja malah tidak mempedulikan masa depannya. Seperti terjerumus dalam pergaulan bebas, misalnya.  

Ai. Masa remajamu, seperti apa adanya, teman? Apakah sesuai dengan keadaan yang pertama atau yang kedua? Engkau dapat menilainya dari apa yang saat ini sedang engkau alami. Termasuk apapun yang engkau jalani saat ini. Sehingga ketika engkau flashback, maka  engkau dapat memberikan jawabannya. 

Tidak banyak waktu yang kita punya, untuk menyesal atas kebelumberhasilan yang kita lihat pada masa lalu. Pun, tidak perlu tenggelam dalam buliran kebahagiaan yang menenggelamkan diri. Hanya saja, kita perlu terus melakukan perbaikan dan introspeksi apabila ternyata kita belum berhasil pada masa remaja. Dan terus bergiat saat ini, ketika cermin dari masa remaja memantulkan diri kita yang penuh dengan prestasi. Karena sesungguhnya kehidupan kita yang sejati adalah saat ini dan sekarang. Lalu bergegaslah mendukungnya agar tetap bergiat dalam menuju hari esok bernama masa depan. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa apa yang sedang kita lakukan hari ini, merupakan bagian dari diri kita pada masa depan. Sedangkan apa yang kita raih pada masa lalu, merupakan prasasti diri.

Nah! Bagaimana prasasti diri yang kita saksikan? Apakah ia membuat kita tersenyum menawan sungguh rupawan? Karena kita bahagia dengan apa yang ada. Atau, terdapat beberapa bagian darinya yang membuat kita segera tertawakan ia, seraya menatapnya lamaaaaa banget. Kita merenungkan kisah perjalanan. Eits, jangan kelamaan. Karena waktu tidak menunggu kita, teman. Siapkah engkau untuk meneruskan perjalanan lagi? 

Hari ini telah hadir, seiring dengan  terbitnya mentari pagi. Hari esok, belum tentu ia masih bersinar seperti saat ini. Selanjutnya, terserah padamu. Mau menyiakan hari ini yang akan menjadi prasasti dirimu, atau bagaimana? Dan bagaimana engkau menjalaninya wahai teman remaja? 

Remaja, terkadang ingat bahwa ia berada pada masa-masa produktif, lalu berkarya. Namun pada kesempatan lain, ia terlupa, bahwa ia berada pada waktu-waktu yang sangat berharga dan mahal nilainya.   

Remaja yang menyadari diri, segera bangkit saat ia ingat, siapakah dirinya. Ia yang mengerti makna kehadirannya. Ia yang ingin menitipkan lembaran kisah terhadapnya kelak apabila menjadi orang tua. Orang tua yang selanjutnya mempunyai keturunan yang juga bertumbuh menjadi remaja. Remaja yang peduli, tidak akan membuang-buang waktu untuk pergaulan yang tidak berguna.

Wahai remaja, ingin menjadi apakah engkau setelah lima tahun yang akan datang? Maka engkau dapat memulainya pada hari ini. Dan dapat terjadi, apabila engkau terus menjaga ingatanmu pada harapan yang telah engkau ukir dan memelihara lingkungan pergaulanmu, sesuai dengan apa yang engkau inginkan. 

Apabila engkau ingin menjadi pengusaha, maka berdekat-dekatlah dengan pengusaha yang sukses. Apabila engkau ingin menjadi pendidik, maka didiklah dirimu dengan jeli terlebih dahulu. Bagaimana caranya? Temukanlah guru-guru yang mendidik. Dan pendidikanmu gratis, selama engkau mau belajar dari siapa saja.

Alam, adalah guru yang mulia, apabila engkau tidak dapat melanjutkan pendidikanmu karena keterbatasan biaya. Bergaullah dengan alam yang penuh dengan kesabaran dan ketenangan. Maka engkau pun belajar untuk menjadi pribadi yang penyabar. Belajarlah dari alam yang penuh semangat dan antusias, maka engkau pun tergerakkan untuk menjadi lebih semangat lagi. 

Hari ini, engkau belajar tentang apa, teman? Dan bersama siapakah engkau menjalaninya? Berhati-hatilah! Karena sesiapa saja yang berada dekat denganmu, merupakan cermin dirimu.   
C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7