Buat Apa Sekolah Tinggi-tinggi?

Posted by Unknown , Tuesday, March 12, 2013 3/12/2013 06:05:00 PM

Orang tua menjekolahkan kita, agar dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Dan saat berada djauh dari beliau, kita dapat menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang berguna dan bermanfaat bagi sekitar dan pribadi yang berarti. Bukan untuk alasan apa-apa, hanya sadja agar kita tidak mudah dibodohi oleh orang lain. Agar kita dapat mengeluarkan pendapat yang kita punya. Agar kita pun dapat menyampaikan pesan atas apa yang ingin kita pesankan. Selain itu, bersekolah juga menjadi djalan bagi kita untuk dapat berkenalan dengan berbagai karakter dan tipe manusia. Pokoknya, sekolahlah setinggi-tingginya dan gapailah impian serta citamu hingga ke negeri yang jauh. Walaupun untuk mentjapai semua itu, engkau membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dan perlu berkorban materi, jiwa, raga dan pikiran dalam mendjalaninya. Namun yakinlah bahwa semua tidak akan sia-sia. 

Ketika baru saja menamatkan pendidikan di jenjang sekolah menengah kejuruan delapan tahun yang lalu, aku berhasrat untuk melandjutkan pendidikan lagi. Dan aku sangat besar kemauan untuk dapat terus belajar dan belajar lagi. Agar aku dapat mengetahui ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak aku tahu. Selain itu, aku pun sangat ingin menambah pengalaman. 

Seiring dengan bergulirnya waktu dari hari ke hari, keinginanku pun perlahan menuju titik temunya. Hingga kita pun bersua di sini, dalam pertemuan senja dan rupawan. Kalau bukan karena hasrat dan keinginan yang masih menggantung di langit hati, belum tentu kita dapat bersama hingga saat ini, teman. Namun yang terlebih penting lagi adalah peran dari sesiapa saja yang menjadi djalan bagiku untuk dapat meneruskan cita. 

Ada banyak orang-orang baik di sekelilingku. Sedangkan jumlah beliau semua, tidak terhitung banyaknya. Ada yang hingga saat ini senantiasa lekat di dalam ingatan, menyangkut di dalam hati, walau pun kami belum dapat lagi saling bertatap mata dalam nyata. Namun ingatan pada beliau, membuatku ingin segera mengurai beberapa baris kalimat di sini. Agar aku pun tahu, bahwa aku pernah mengalami yang namanya 'rindu'. Ada kerinduan yang menyeruak di dalam kalbu, atas keinginan untuk bersua lagi, yang belum kesampaian. Keinginan yang tidak terlihat, namun ia ada. Seperti halnya engkau yang aku temui di dunia maya ini, teman. Walaupun tidak terlihat jelas di depan mata, namun dalam yakinku engkau ada.

Darimu yang belum pernah aku temui dan kita terlibat sapa, aku beroleh ilmu pengetahuan baru. Darimu yang pernah menyapaku walaupun kita belum berjumpa, aku dapat belajar hal yang baru akhirnya. Termasuk pula dari beberapa kalimat yang engkau titipkan padaku dalam waktu-waktu yang aku jalani. Sedangkan kalimat-kalimat tersebut dapat ku cerna, ku pelajari lalu ku ambil intisarinya. Kemudian aku pun membenarkannya pula ketika hatiku berkata yakin. Sedangkan kalau aku belum yakin, tolong maafkan aku yang belum mudah percaya begitu saja. Karena aku pun pernah mendapatkan pesan dari orang tua, Ibunda, Ayahanda dan beliau-beliau yang baik padaku. Salah satunya adalah, "Hati-hati di jalan yaa..." Adapun saat ini, aku sedang melangkah. Dan perdjalanan yang aku tempuh tidak dapat ku prediksi jauhnya.

Dalam menjalani kehidupan, orang tua pun pernah menitipkan pesan, bahwa "Jangan bermudah-mudah menerima kebaikan dari orang lain, kebaikan yang bisa saja tidak masuk akal sama sekali. Walaupun bagaimana, bekerjalah terlebih dahulu baru menimang hasil. Karena tidak ada hasil optimal yang kita terima tanpa jerih payah terlebih dahulu, melainkan hanya iming-iming saja. Oleh karena itu, pelajari dengan saksama ketika hatimu berdetak saat menjalaninya."

"Use your feeling," tambah Ibunda pula. 

Mudah bagi kita untuk mengetahui keadaan yang baik. Namun apabila kita menjalani hal-hal yang diluar kebaikan untuk kita, maka akan ada sedesir dua desir hati berbicara. Pun jantung begitu pula. Ia akan berdetak lebih cepat dan tidak biasanya. Maka dari itu, percayalah atas apa yang hadir dari dalam diri kita. Kalau tidak yakin, jangan lakukan. Dan kalau hati sudah mantap dan tiada prasangka, lanjutkan! Inilah pesan penting hari ini yang ku peroleh, teman. Hal ini berhubungan dengan catatan sebelumnya. Catatan yang kurangkai sebagai pembuka atas pengalaman pentingku. Pengalaman pertama sekaligus ku ingin yang terakhir kalinya. Bahwa tidak akan mudah bagiku untuk begitu saja menerima dan mempercayai informasi dari beliau yang belum pernah ku kenal sama sekali. Apalagi saat pertemuan suara untuk pertama kali, sudah terkesan engga benar. Ya Rabb... lindungi kami dari orang-orang yang ingin berbuat aniaya. Dan kumpulkan serta pertemukan kami dengan hamba-hamba-Mu yang shaleh ; shalehah. Agar pertemuan kami dengan beliau dapat menjadi jalan bagi kami untuk senantiasa dekat dengan-Mu. Dan kami yakin, bahwa semua penuh arti. 

Kita tidak boleh berprasangka tidak baik pada orang lain. Dan kita perlu terus optimis, bahwa orang-orang yang berhubungan dengan kita sedang menitipkan satu dua titik pesan untuk kita jadikan sebagai bahan pelajaran dan penambah pengalaman dalam menjalani kehidupan. Dan doakan beliau, agar kembali ke jalan yang benar, saat kita menemukan ada yang salah. Dan yakinlah bahwa kita sedang tidak mengumbar kejelekan orang lain. 

Kembalikan semua kepada diri kita terlebih dahulu, atas apapun yang ingin kita lakukan terhadap orang lain. Niscaya damailah diri...  


C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

You are Welcome

Posted by Unknown , 3/12/2013 08:24:00 AM

Tanggal sebelas Maret tahun 2013, pukul 12.05.08 PM, aku menerima sebuah pesan. "Selamat..." Pesan tersebut sempat ku baca sekilas. Setelah itu, aku pun melanjutkan aktivitas. Tanpa membalas pesan, tanpa teringat lagi dengan isinya. Namun pagi ini, aku terngiang-ngiang kembali padanya. Alhamdulillah, belum ku hapus dari inbox. Dan ku baca lagi dengan teliti, sepenuh hati. Untuk selanjutnya, aku pun memberanikan diri untuk menghubungi nomor tujuan yang perlu aku sapa setelah membaca pesan tersebut. Dengan sedikit grogi, deg-degan tentunya, dan ini untuk pertama kalinya aku menghubungi nomor tersebut. 

Bertemu dengan orang baru dalam nada suara, tentu aku sudah biasa. Namun berjumpa dengan orang yang belum biasa aku temui dalam wujud nyata, aku belum biasa. Aku memang begini adanya. Oleh karena itu teman, apabila engkau mengenalku dan aku pun begitu, maka sapalah aku terlebih dahulu apabila engkau mendapatiku belum menyapamu. Sedangkan aku pun demikian, apabila aku yang terlebih dahulu mengenalmu akan menyapamu terlebih dahulu. Karena aku, ingin sekali bersua dengan beliau-beliau yang aku pernah kenali. Lha, kalau sudah bersua bagaimana bisa aku tidak menyapa beliau? Kecuali kalau aku belum ngeh. Tolong ingatkan aku, bahwa aku masih ada di bumi yang sama denganmu. Maka bereunilah kita ketika pertemuan berlangsung. 

Oke, kembali lagi kepada aktivitas awalku tadi. Setelah memberani-beranikan diri dengan mengumpulkan seluruh keberanian. Ditambah lagi dengan suasana hati yang dig-dag-dug-deg-degan, aku menghubungi nomor tujuan. Awalnya terdengar nada tersambung di ujung sana. Nah! Dalam jeda waktu penantian tersebut, aku tertawa dengan diri sendiri. Aku tersenyum berulangkali. Seraya membayangkan hal-hal yang indah. Dengan menyusun harapan seringkali. Agar, suara yang akan ku dengar dari seberang sana adalah penuh dengan kebahagiaan, keramahan, baik dan aku suka. 

Tidak perlu menunggu lama, akupun mendengarkan suara dari seberang sana, suara yang lembut, dari seorang perempuan. Beliau menyambut dengan ramah, sungguh menyenangkan. Dengan mengucapkan rangkaian kalimat pembuka, Selamat pagi... bla...bla.... dan seterusnya. Sedangkan aku yang awalnya menyimak, segera menjawab dengan terlebih dahulu mengenalkan namaku, saya Yani. Lalu beliau menanyakan, di mana posisi, aku jawab di Bandung,  Bu. Saya bermaksud konfirmasi atas pesan singkat yang saya terima kemarin siang. Begini... Lalu ku uraikan dengan sedetailnya. Sedangkan beliau menyimak, kemudian bilang, mohon tunggu sebentar ya, jangan ditutup dulu. Karena kami akan cocokkan data yang Ibu sampaikan dengan yang ada pada data kami.  Aku mengiyakan. 

Memang terdengar keriuhan di seberang sana. Sepertinya beliau sedang berada di antara banyak orang yang sedang beraktivitas sama. Dan beliau lagi ada di mana? Dalam pikirku bertanya, namun tidak ku sampaikan. Hanya saja, aku tahu bahwa beliau adalah salah seorang yang baik.  

Terima kasih telah menunggu. Benar, dari data yang ada pada kami, memang sesuai dengan yang Ibu sampaikan. Untuk selanjutnya, apakah akan datang langsung ke kantor kami atau ... Aku berpikir sejenak. Karena untuk datang langsung ke tujuan yang beliau sebutkan, tentulah tidak mungkin. Karena aku tidak yakin saja dapat sampai di sana. Kecuali kalau aku mau, tentu mungkin. Terlebih lagi, tujuan yang beliau sampaikan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat sampai di sana. Maka aku pun memilih saran kedua yang beliau sampaikan. Dan aku pun memberikan satu informasi lagi tentang diriku, terhadap beliau. Dengan demikian, kami dapatkan satu kata "deal".

Aku masih belum percaya sepenuhnya dengan apa yang baru saja berlangsung atasku. Atas inginku, atas apa yang aku jalani. Karena bagiku, hati ini berkata bahwa ini mimpi. Ini memang mimpi, namun ketika ia berlangsung dalam kenyataan kita hari ini, bukanlah lagi mimpi namanya. Namun sebagai salah satu pengalaman. Dan pengalaman hari ini tidak akan pernah kita lupa, selamanya. Dalam yakinku berkata pada diriku sendiri. 

Berkisah tentang pengalaman, tidak semua dapat kita alami. Karena dari pengalaman orang lain, yang beliau sampaikan kepada kita, dapat pula seakan kita alami. Dengan demikian kita tidak perlu langsung mengalami untuk memperoleh pengalaman. Berbeda halnya kalau kita sudah mengalami, dan dapat kita bagikan pula kepada orang lain, agar orang lain dapat pula memperoleh pengalaman serupa tanpa perlu mengalaminya.

Hingga saat ini aku masih menunggu. Menunggu kepastian dari informasi yang tadi telah ku konfirmasikan. Dan ternyata benar adanya, bahwa tidak hanya sekadar ilusi. Aku semakin yakin hingga detik ini.

Apapun yang terjadi denganku, kebaikan atau sebaliknya. Maka aku bersyukur kepada Allah subhanahu wa Ta'ala, lalu akan ingat pertama kali kepada orang-orang yang dekat di hati. Berkelebat bayangan beliau di pelupuk mataku. Berbarisan senyuman beliau di ujung tatapku. Walaupun beliau tidak berada dekat di sisi, namun aku bahagia dapat menghadirkan beliau dalam ingatanku. Dan aku berharap kami dapat berjumpa dalam waktu dekat. Wahai, indahnya menyelami kehidupan dengan senantiasa berpikiran positif. Berpikiran bahwa kita dapat bersua dengan beliau-beliau yang kita rindukan, kapan saja.  Sehingga tidak ada lagi jeda dan jarak yang membentang. Karena kita sehati, satu hati dan mempunyai Pencipta Yang Satu selamanya. ALLAHU AKBAR. 

Segala hal mudah bersama Allah, indah dan berkah. Ya Allah, Engkau bukakan jalan saat kami benar-benar mengharap hanya kepada-Mu. Dan selamanya bersama-Mu, kami melanjutkan langkah-langkah ini. Innallaaha ma'ana. Alhamdulillaahirabbil'alamiin. Sungguh tidak ada yang sia-sia. Semua takdir adalah baik. Baik dan baik untuk kita. C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

Ghost

Posted by Unknown , Monday, March 11, 2013 3/11/2013 06:11:00 PM

Adalah kebahagiaan ini seakan diperpanjang untuk kita. Ketika kita dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan bersama siapa saja. Sehingga kita tidak lagi mempermasalahkan sedang berada di mana pada saat memperoleh bahan pelajaran. Apakah di balik sebuah pohon yang sedang berdiri dengan teguh bersama batangnya yang menjadi tempat kita bersandar. Saat duduk manis di atas angkot sepulang kita dari aktivitas. Ataukah bahan pelajaran itu dapat kita simak dari percakapan antara dua atau tiga orang bahkan lebih yang sedang bercengkerama dengan asyiknya. Tidak terasa, ternyata kita sedang belajar suatu ilmu yang sangat berharga pada waktu yang sama. Dan kita pun memahami apa yang kita peroleh dari beliau yang kita temui. Untuk kita jadikan pertemuan kita dengan siapapun sebagai jalan hadirnya ilmu dan pengalaman yang kita peroleh secara tidak langsung. Karena pengalaman dapat kita peroleh tidak hanya dengan mengalaminya terlebih dahulu, bukan? 

Adapun ilmu dan pengalaman itu, dapat pula kita abadikan dalam lembaran catatan hari ini. Agar, pada suatu waktu yang akan datang, kita dapat kembali membolak-baliknya. Nah! Pada saat yang sama, kita pun teringatkan pada beliau-beliau yang menjadi jalan sampaikan ilmu dan pengalaman tersebut kepada kita. Walaupun sesungguhnya, tidak dapat semua kita ukir namanya di dalam lembaran catatan tersebut, namun sesungguhnya beliau berharga. Beliau berarti dan penuh dengan dedikasi bagi kehidupan kita. 

Sering mungkin, kita mendengarkan orang sedang bercakap-cakap. Baik kita terlibat langsung dalam topik yang sedang dibahas, atau kita hanya menjadi pendengar yang baik. Bahkan, kita tidak mempunyai andil sama sekali dalam percakapan tersebut. Bukan bermaksud menguping pembicaraan, namun pada sore yang diguyur hujan sungguh lebat ini, saya pun membawa inti dari percakapan beberapa orang. Beliau-beliau yang saya temui di dalam perjalanan tadi, ketika menuju pulang. 

Duduk manis begitu saja di dalam angkot, seringkali aku lakukan. Terkadang memandang langit, memperhatikan pepohonan yang seakan berlarian di luar sana. Atau malah mengamati orang-orang yang sedang beraktivitas beraneka rupa. Itu yang aku lakukan pada waktu-waktu yang lalu. Namun tadi, berbeda, teman. Aku yang sedang duduk manis, akhirnya menjadi pendengar yang baik. 

Ada beberapa orang laki-laki di dalam angkot yang sedang aku tumpangi. Bersama kami duduk dengan jarak yang teratur sungguh renggang. Setelah ku hitung dengan jemari, belum habis ke sepuluhnya, ternyata jumlah orang sudah habis. Ada delapan semuanya. Termasuk seorang supir yang sedang mengemudikan kendaraannya. 

Adapun seorang yang duduk di bagian depan di samping supir, pun merupakan bagian dari delapan orang tadi. Setelah aku menyadari, ternyata aku sendiri yang perempuan. Ops! Hehee. Jadi yang paling cantik di antara semua, dan ini sudah biasa. Ya, aku terbiasa berada di antara kumpulan laki-laki di sekitar.

Ada lima orang laki-laki lainnya yang duduk di kursi bagian belakang. Setelah ku amati, ternyata empat diantara beliau adalah para teman-teman alias grup atau sekelompok musisi. Karena dari peralatan yang beliau bawa, masing-masing memegang alat musik. Dua orang yang lebih dekat denganku, membawa satu gitar, masing-masing. Sedangkan dua orang lagi, tidak ku pandang dengan jelas. Karena aku memang tidak mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sehingga aku berkesimpulan bahwa beliau adalah para musisi. Mau manggung di mana, yaa? Aku engga tau.

Sedangkan seorang laki-laki lainnya duduk tepat di sisiku. Dan beliau diam saja, tidak terlibat percakapan sama sekali. 
Nah! Setelah duduk manis lebih kurang lima menit lamanya dalam angkot yang sama, dan aku hampir sampai pada tujuan. Kira-kira empat menit lagi. Pada saat itulah, para laki-laki tadi membuka pembicaraan. Beliau berbincang tentang kehidupan seorang teman lainnya. Seorang yang 'seakan hidup tanpa masa depan. Masa depannya suram tak cerah, kelam'. Begini pendapat laki-laki pertama. Sedangkan yang ke dua menimpali dengan persetujuan. Iya, karena dia terlihat tidak mempunyai visi misi dan terus saja begitu. Tidak bersemangat, tanpa ambisi. Padahal harusnya, dalam menjalani kehidupan, kita perlu mempunyai visi, misi dan harapan. Tambah beliau pula. 

Aku yang sedari tadi duduk dengan tenang, pun tersentak. Aku yang entah lagi melamun atau tertidur, seakan terbangunkan. Aku kaget, dan segera mengedipkan mataku berulangkali. Tanpa mengucek atau mengusapnya. Hanya saja, aku seakan tersadar. Bahwa secara tidak langsung, kalimat yang beliau sampaikan tadi dapat pula tertuju padaku. Mungkinkan? Ah! Aku memang perasa. Hahahaa. Rasa-rasanya beliau sedang mengingatkan aku bahwa punyailah visi dan jalanilah kehidupan ini dengan misi.  Agar kita dapat melihat masa depan dengan kepala tegak dan wajah berseri-seri. Sedangkan saat ini, kita dapat menjalani hari dengan sepenuh hati. 
Seiring dengan beberapa rangkai kalimat berikutnya yang beliau terus pertukarkan, aku segera mengumpulkan ingatanku pada beberapa misi dan visi yang -aku rasa, pernah ku rangkai pula sebelum ini. Dan aku bukanlah seorang yang hidup tanpa visi dan misi, man," bisikku pada beliau tanpa bersuara.  Hanya saja, ku edarkan pandangan pada sekeliling, lalu berhenti tepat di pundak laki-laki yang tadi menyampaikan kalimat yang terdengar sangat indah di telingaku. 
Beliau mungkin saja tidak menyadari, bahwa ternyata satu kalimat yang beliau sampaikan sebagai sebuah pendapat, mencuri perhatianku. Dan aku pun bersyukur. Atas syukurku sore ini, maka akupun merangkai catatan lagi. Setelah beberapa hari berlalu, aku ingin tak berada di sini. Namun berhubung salah satu misi kehidupanku adalah -Mempelajari, menghayati, menikmati alam dan mengabadikan hasil yang diperoleh dalam bentuk catatan-catatan sebagai prasasti eksistensi, maka catatan ini pun hadir. Karena saat ini aku masih ada di dunia. Dan catatan ini adalah salah satu bahan pelajaran yang ku hayati ketika menikmati alam pada sore nan semakin sejuk ini. Agar nuansa ini menjadi prasasti hingga nanti. 

Teruntuk beliau yang ku temui di dalam angkot Caringin - Dago sore ini, terima kasih yaa. Aku akan mengingat satu kalimat penting dari beliau, bahwa 'Hiduplah dengan visi dan misi' lalu jalanilah kehidupan dengan sepenuh hati. 

Kita tidak dapat mengetahui, pada waktu yang mana kita menjadi berarti bagi orang lain. Oleh karena itu, teman. Tetaplah berjuang dan berusaha untuk menebarkan arti semaksimal diri. Dengan demikian, kita menjadi seorang hamba yang menyadari arti kehadirannya di dunia ini. 

Boleh saja hari ini kita dipuji. Atau malah kita dicaci. Bisa jadi saat ini kita diperhatikan, atau malah diabaikan. Bersabarlah atas apa yang sedang kita jalani namun sesungguhnya bukan yang demikian kita temui. Dan bersyukurlah saat kita menjalani hal-hal yang benar-benar kita inginkan sebelumnya. Semoga, kita senantiasa menjadi bagian dari orang-orang yang penuh dengan kesabaran dan berkelimpahan syukur, yaa.

Teringat aku dengan sebaris kalimat lainnya yang sempat ku dengarkan pada beberapa waktu yang lalu. Suara tersebut menyampaikan pesan yang intinya begini, "Hiduplah bukan dengan apa yang kita inginkan, namun dengan apa yang saat ini sedang kita jalani." Lalu ada pula pesan lain yang aku simak dalam perjalanan berikutnya, "Yang menentukan bagaimana masa depan kita bukanlah orang lain, namun diri kita. Apabila kita ingin pandai, maka belajarlah dengan baik. Sedangkan orang lain, guru, teman-teman dan sahabat hanya sebagai pengingat saja. Mereka tidak dapat menentukan masa depan kita. Mereka tidak dapat menolong kita, kalau tidak bersedia menolong diri kita terlebih dahulu. Intinya, miliki visi dan jalankan misi. 

Orang lain hanya dapat menjadi perantara atas apa yang ingin kita capai. Sedangkan kita adalah pelaksana atas apa yang ingin kita capai. Orang lain adalah sarana kita dapat mewujudkan visi. Sedangkan kita yang menjalankan misi. Pegang teguhlah tujuan yang telah kita niatkan di dalam hati, maka ada jalan yang dapat menyampaikan kita pada tujuan tersebut. Walaupun kita tidak mempunyai kaki-kaki untuk melangkah. Namun kita mempunyai Allah Yang Selalu Membimbing kita. Walaupun kita tidak mempunyai mata untuk melihat, namun kita mempunyai Yang Maha Melihat. C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7