Teruntuk Rembulan sebelum Purnama

Posted by Unknown , Sunday, February 24, 2013 2/24/2013 08:28:00 PM

Telah ku rangkai pesan teruntuk rembulan yang tersenyum di atas sana, via angin malam yang bersemilir sepoi, bahwa:

"Aku ingin berjumpa dengannya, sebelum ia berubah menjadi purnama."


Pesan tersebut ku kirimkan senja tadi, seiring dengan terkesimanya aku saat menengadahkan wajah ini. Lalu, mataku tertuju pada sebuah objek yang bercahaya. Cahayanya tidak begitu benderang. Karena ada gumpalan awan yang berada di sekelilingnya. Walaupun demikian, aku percaya bahwa di atas sana ia sedang berusaha untuk menepikan kumpulan awan yang menghalangi cahaya bulan sampai ke bumi dengan sempurna. 

Beberapa saat setelah aku mengirimkan pesan, azan Isya pun berkumandang. Segera ku berwudu' kemudian mendirikan shalat. Karena dalam yakinku, shalat di awal waktu adalah lebih utama dari pada belakangan. Lagi pula, kita tidak dapat memastikan, bukan? Bahwa beberapa detik kemudian nafas kita masih ada. Oleh karena itu, jangan tunda-tunda untuk berbuat kebaikan. Segeralah menjalankan apapun kebaikan yang engkau yakin dapat menjadi jalan menyelamatkanmu hingga engkau sampai ke tujuan.

Perjalanan yang ku tempuh seharian tadi, selama lebih kurang tujuh jam lamanya, menyisakan kesan yang berlimpah. Hingga aku pun hadir ke sini untuk menitipkannya beberapa. Seingat yang dapat ku ingat, karena aku sangat mudah terlupa padanya kalau aku belum menuliskan. 

Adapun kesan yang ku peroleh dalam perjalanan, bahwa ternyata di jalan-jalan yang membentang, sungguh sangat banyak hal tidak terduga yang kita temui. Terkadang, tanpa kita pernah memikirkan, tiba-tiba saja kita berjumpa dengan satu dua orang yang menyapa kita. Padahal sebelumnya, tidak pernah berjumpa. Kemudian ada lagi yang menitipkan senyuman manis saat wajah itu bertemu dengan mata kita. Wahai, tadi di latar Masjid Pusdai, menjelang Maghrib, aku melihat selembar wajah yang tersenyum padaku. Muslimah anggun. Dan akupun tersenyum, pada beliau... :) Kami bersenyuman. Hehehe, siapakah beliau, aku tidak tahu. Namun yang jelas, senyuman itu menjadi salah satu bahan pelajaran bagiku, hari ini.

Kemudian di Masjid Agung Bandung, siang harinya. Menjelang azan Zuhur berkumandang, aku duduk-duduk sejenak di samping sebuah tiang yang tinggggiiii sangat. Namun tidak bersandar. Nah! Pada saat yang bersamaan, ada seorang perempuan separuh baya bertanya padaku, "Kalau mau pinjam mukena, ada di mana yaa?"

Aku yang sedang termenung segera berpaling ke arah beliau, lalu menjawab bahwa, "Aku tidak tahu." 

Ya, karena memang aku tidak tahu, pada saat itu. Padahal sebelumnya aku tahu. Namun tadi, ternyata tempat peminjaman mukena telah berpindah. Tidak lagi pada lokasi yang dulu. Oh, ternyata dunia cepat berubah, bisikku pada diriku sendiri.

Pada kejadian tadi, aku pun menyadari. Bahwa, apa yang sebelumnya kita ketahui, mungkin saja tidak lagi akan kita ketahui pada waktu yang berikutnya. Itu terjadi kalau kita tidak mengupdate informasi tentang pengetahuan kita sebelumnya. Jadi, kesimpulannya adalah agar pengetahuan kita tidak usang, maka kita perlu memperbaruinya dengan terus belajar. 

Belajar, ya belajarlah. Jangan pernah henti hingga kita tiada lagi. Termasuk saat detik-detik terakhir kehidupan kita di dunia ini. Semoga kita dalam suasana belajar, yaa. Dan perjalanan yang sedang kita tempuh adalah dalam rangka menjemput ilmu. Karena telah tersampaikan jelas di dalam salah satu hadist riwayat Muslim bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa berjalan dalam rangka menuntut ilmu maka akan dimudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)
C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7

0 Response to "Teruntuk Rembulan sebelum Purnama"

Post a Comment

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ