ZzZZZzzzzzzZZZZZZzzzzzz.....

Posted by Unknown , Tuesday, February 19, 2013 2/19/2013 10:08:00 PM

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7Upz...! lama-lama jadinya mataku pusing kalo kayak gini terus. Ya, gimana engga, kalau dalam kondisi lelah, ia masih terus paksakan menatap layar bercahaya yang ada di depannya. Dan aku tidak mau hal itu terjadi padanya. Lagi pula, aku tahu bahwa ia telah seharian beraktivitas, tak menutup. Kecuali hanya berkedip dan itu memang sangat sering ia lakukan. Nah! Kalau sudah malam begini, ia tentu ingin merehat sejenak. So, sebelum melarutkannya di dalam ketenteraman yang mendamaikannya beberapa waktu, adalah baik kalau mengajaknya mampir-mampir sejenak di sini. Untuk memandang-mandang sekeliling, sightseeing. 

 Nah! Ditambah lagi dengan keadaan mouse yang tidak stabil, sepertinya ia kurang sehat, dech. Iya, dua hari terakhir, aku memperhatikan kontribusinya bersamaku. Ia yang seringkali tanpa ekspresi ketika aku mengklik, dapat ku tandai bahwa ia sudah mulai mau tidak berfungsi. Benarkah? 

Kondisinya yang tiba-tiba diam, tidak bereaksi apa-apa saat ku gerakkan, menjadi satu pertanda, bahwa ia sudah mulai kekurangan energi. Betulkah, mouse?

Hmm, dari dua kondisi ini (mata lelah dan mouse bermasalah), aku memetik satu hikmah dan bahan pelajaran. Bahwa, keadaan dapat berubah, begitu pula dengan benda. Ia tidak selamanya dapat berguna. Ada waktunya ia mulai kehilangan manfaatnya. Terlebih lagi kalau itu benda mati. Benda yang hanya mampu berfungsi kalau kita memberikan kesempatan padanya untuk meneruskan bakti, dengan memperbaikinya. Atau, kita masih dapat menggunakan benda  dengan jenis yang sama, namun bukan lagi dirinya. Ya, dengan menggantinya. 

Lalu, bagaimana pula halnya dengan kita? Kita adalah makhluk hidup, bukan benda mati. Kecuali kalau kita sudah tiada bernyawa lagi. Maka kita akan menjadi bagian dari kematian. 

Apabila aku memang sudah tidak mau lagi bersama dengan mouse  yang sudah mulai tidak berfungsi, maka aku dapat menyimpannya begitu saja. Lalu, mengusaha untuk memperoleh penggantinya. Dan aku mempunyai mouse yang baru. Bukan lagi dirinya yang sebelumnya aku manfaatkan. 

Sedangkan tentang diri ini? Ia hanya satu dan satu-satunya. Lalu, bagaimana pula aku akan meninggalkannya begitu saja, apabila aku tidak mau bersamai ia lagi? Padahal aku menyadari bahwa ia adalah diri yang hidup, dan bagian dari kehidupan yang ada di dunia ini.  Hingga akhirnya, aku menjadi benar-benar menyayanginya, sayang yang tidak akan pernah terlepaskan lagi, sampai kapanpun. 

Diri ini, engkau dapat melihat rupanya dalam tampilan raga. Engkau bilang ia sempurna. Karena engkau melihat dari balik kaca matamu. Namun, pada suatu hari yang lainnya, engkau bilang bahwa ia tidak sempurna. Karena engkau tidak sedang memakai kaca matamu. Atau, engkau belum sempat mengelap kaca matamu yang menempel di depan kedua bola matamu. Lalu bagaimana kalau engkau bukanlah seorang yang berkacamata? Maka engkau dapat memandang diri ini dari kaca pandangmu. Engkau dapat menyaksikan dia dan dirinya, kapan saja engkau mau. Lalu, engkau pun sempatkan beberapa waktu dari kehidupanmu untuk memberikan penilaian padanya, atas hasil pandangmu. Engkau pun mengakui bahwa ia sempurna. Namun temanmu yang lain menyampaikan pendapatnya pula, bahwa diri ini tidak sesempurna penilaianmu. Ah, bagaimanapun, engkau mempunyai pendapat masing-masing. Sedangkan aku, begini adanya.

Engkau hanya dapat melihat ragaku yang melangkah. Engkau pun dapat menyaksikan wajahku yang tersenyum. Namun engkau tidak akan pernah menemukan aku yang sesungguhnya, sampai kapanpun. Oh... betapa aku sangat ingin membuktikan padamu, bahwa aku ada. 

Aku, tidak hanya susunan kalimat yang engkau baca setiap hari. Akupun bukan hanya seperti yang engkau lihat setiap hari. Pun aku bukanlah seperti yang engkau pernah bayangkan, ketika engkau memikirkan aku. Bukan, bukan demikian adanya aku. Atau, aku hanya dapat engkau lihat, di dalam ruang imajinasimu, mungkin. Namun aku yang sebenarnya, tidak akan pernah engkau jumpai. Walau ke manapun engkau pergi untuk menemukan aku. 

Engkau memang dapat bercakap-cakap denganku, dalam sunyimu. Engkau juga dapat menyapaku selalu, dalam ramai yang menghiasi harimu. Engkau dapat membawaku saat engkau menemui sesiapa saja dalam kehidupanmu. Itupun kalau engkau mau. Namun sesungguhnya, aku ada di manapun engkau berada, walaupun engkau tidak meminta aku ada di sampingmu. Karena aku adalah aku yang mungkin saja tidak membutuhkan ragamu untuk tempatku berdiam di dunia ini. Bahkan, aku akan berpindah ke raga lain yang bersedia menerimaku dengan baik, kalau engkau tidak lagi mau membersamaiku. 

Aku mungkin saja akan memelas pada sesiapa saja yang bersedia untuk berbaik hati padaku, untuk menjadi temanku dalam meneruskan kehidupanku. Bahkan, tanpa meminta sekalipun, aku akan menemukan tempat terbaik yang siap melindungiku dari berbagai iklim yang sering berganti. Ya, mungkin saja, bukan? Karena aku adalah aku yang rela dan bersedia ditempatkan di manapun. Termasuk kehadiranku bersamamu, saat ini. Aku yang sedang bersemayam di dalam ragamu, adalah salah satu bukti, bahwa aku siap menjadi bagian dari hari-harimu yang penuh dengan kisah dan hikmah. Dan aku yakin, bersamamu aku dapat meneruskan baktiku, dengan baik. 

Aku, hanyalah sebuah jiwa yang sedang berjuang untuk menepikan beraneka debu maupun pasir yang setiap saat berusaha menempel padanya. Aku adalah sebutir jiwa yang sedang menjaga raga tempatku bernaung, dari semilir angin yang dapat meluruhkannya seketika. Karena aku tahu ragaku lemah tanpaku, maka aku berusaha dan berjuang untuk mengeratkan ikatannya terhadapku. Agar, kami dapat saling menguatkan dalam berbagai situasi.

Aku tahu bahwa ragaku adalah kumpulan kehidupan yang menyajikan beraneka hiasan. Hiasan yang ada padanya, dapat melenakan sesiapa saja yang memperhatikannya, maka aku berupaya untuk menyimpannya di tempat-tempat yang memang layak baginya berada. Dan aku sangat peduli padanya. 

Aku dan ragaku, adalah satu kesatuan yang tidak akan pernah terpisahkan sampai kami tiada, sekalipun. Karena kami adalah bagian dari kehidupan yang akan terus hidup apabila kami mau bekerjasama dengan utuh. Dan kami ingin menjadi salah satu bukti terindah dari persahabatan sepanjang masa. Persahabatan antara dua [kekuatan - kelemahan] yang bersatu. Dan kami sudah dapat membayangkan, bagaimana hasil yang akan kami telurkan. Setelah sekian lama kami mengeraminya. Dan kami mulai membayangkan, bahwa salah satu dari telur itu akan menetaskan seekor elang yang siap membumbung tinggi. Ia bukan hanya seekor ayam yang akhirnya kehilangan induk, apabila salah satu dari kami tiada. Namun ia akan menjadi pribadi yang mandiri, penuh dedikasi dalam hari-hari. Pribadi yang terus beraikan ingatan terhadap yang lainnya, sampai akhirnya kami pun berjumpa lagi di negeri yang abadi. Negeri tempat berkumpulnya para sahabat yang saling menguatkan, di negeri yang fana ini. 

Aku dan ragaku adalah prasasti kehidupan kami. 

Aku belum pernah meminta sang raga untuk menjadi seperti dirinya saat ini. Namun ku lihat ia segera bangkit dan berdiri lagi, saat aku coba memberikan perhatian berlebih padanya, saat ia terlihat lelah ketika kami melangkah. Ya, hanya dengan perhatian berlebih itu, ia kembali bangkit. Bangkit untuk bangkit lagi. Hingga kami benar-benar menyadari, bahwa kami perlu saling memberikan perhatian. 

Saat aku lelah dan ia memperhatikanku, maka kekuatanku bertambah lagi. Lalu, saat ku lihat dua mata itu mulai lelah, maka aku pun memberikan perhatian padanya, dengan izin untuk rehat sejenak. Sejenak saja. 

Saatnyaaaaa telah tibaaa untuuuukk... 

ZZzzzzzzZZZZZZzzzzzzZZZZzzzzz......


 

0 Response to "ZzZZZzzzzzzZZZZZZzzzzzz....."

Post a Comment

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ