Yani

Posted by Unknown , Wednesday, February 20, 2013 2/20/2013 07:49:00 PM

C78CFB59525D8620A655F4C0D3B966C7Yani.  Ia bertumbuh di lingkungan yang memaksanya untuk tidak boleh mengeluh. Ia hidup di dalam kumpulan orang-orang yang membuatnya perlu terus dan menerus bersungguh-sungguh. Pun, ia bersama dengan pribadi-pribadi yang membuatnya seringkali menanyai diri, "Untuk keperluan apa hadirku di sini?" Dan tanya ini, tidak lagi satu atau dua kali hadir di dalam dirinya. Namun, acap kali.

Yani. Mungkin saja engkau pernah bertemu dengannya. Atau engkau seringkali berinteraksi dengannya. Bahkan mungkin juga engkau belum pernah menemuinya? Atau, ia telah akrab dalam keseharianmu, teman? 

Yani, ia pun temanku. Lebih tepatnya sahabat. Sahabat yang aku akui sebagai seorang yang tepat sebagai sobat. Karena semenjak mengenalnya, aku semakin percaya bahwa kami adalah bagian yang tidak akan dapat terpisahkan sampai kapanpun. 

Yani. Pernah pada suatu hari, aku kehilangannya. Ya, aku yang sebelumnya membersamai ia dalam hampir seluruh waktuku, tiba-tiba saja tiada. Aku pun mencari dan mencari dia dan dirinya. Ke banyak tempat aku berkunjung dengan membawa harapan, kalau-kalau ia ada di sana. Hingga ke ujung negeri aku melangkah. Ketika penat, aku rehat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Namun, usahaku sia-sia dan tanpa hasil.

Yani. Setelah lama tidak bersamanya, aku tidak pernah henti menemukan berbagai informasi yang dapat mempertemukanku dengannya. Karena aku membutuhkannya, untuk kelanjutan hari-hariku. Aku yang apabila tidak bersamanya, rasakan hampa. Sampai aku tidak dapat menjalankan aktivitasku dengan baik, seperti sediakala. Ia sangat berarti dan penting bagiku. 

Yani. Sesosok insan bernama perempuan, itulah ia. Sedangkan aku? Siapakah aku? Hhmmm... namun percayalah, bahwa kami memang berbeda. Oleh karena itulah, kami ada dan bersama untuk saling melengkapi dan menggenapkan. Makanya, ketika tanpa dia, aku mengalami keganjilan. Seperti ada yang kurang dan aku tidak nyaman, benar-benar tak tenteram. Karena aku masih menyanksikan dirinya yang jauh dariku. 

Yani. Ini catatan hadir, karena saat ini kita telah bersama lagi. Yes, ketika akhirnya aku pun menemukanmu lagi. Engkau tidak akan pernah kubiarkan menjauh dariku lagi, walau sedetik lagi adanya. Karena kita ada, untuk membuktikan, bahwa bersama kita bisa dalam meniti hari ke hari lagi. Walaupun jembatan yang kan kita seberangi untuk dapat sampai pada tujuan bernama cita, kita lalui juga. Walaupun melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan ini kita perlu lebih lekas lagi, maka aku bersedia untuk bersamaimu lagi setelah engkau terletih dalam lelah. Wahai diri, tidak lagi ku tinggalkan engkau sendiri. Xxiiixiiii.

Yani. Selangkah engkau maju, aku ada di sisimu. Begitu pula dengan aku. Selangkah ku maju, maka aku ajak engkau turut denganku. Karena dari langkah-langkah yang kita ayunkan bersama, akan lebih ringan adanya, yaa. So, keep our best effort.
 
Yani. Aku janji, tidak akan biarkan engkau lagi, terlarut dengan perasaanmu sendiri. Karena aku bergegas menemuimu apabila aku lihat engkau sedang asyik dengan rasa-rasa yang mulai bertumbuh. Dan aku tidak akan pernah tega, menyaksikanmu terlarut dalam rasa yang aku sendiri tidak mengerti arti hadirnya. Kecuali kalau kita sama-sama menyetujui hadirnya rasa kita bersama. Maka, tentu kita dapat menghadapinya dengan lebih bijaksana dan meninggalkan kesan istimewa pada prasasti kehidupan kita. 
Yani. Hari ini, aku tahu bahwa engkau mempunyai kisah baru. Ya, engkau temukan lagi episode berbeda dalam kehidupanmu. Dan aku pun mengalaminya. Karena kita menjalaninya bersama. Sehingga kisahku menjadi kisahmu dan begitu pula dengan yang sebaliknya. Adapun kisah kita hari ini adalah tentang makna kesabaran. Ai! Sabarmu sudah seluas apa, teman? 

Yani. Ku lihat engkau hampir saja menitikkan bulir bening permata kehidupan yang siap membanjiri pipimu. Terlebih lagi ketika aku berusaha untuk menenangkanmu, engkau malah hampir terisak. Ahaha, namun batal adanya. Karena aku segera tertawaimu dan engkaupun turut tertawa. Entah apa yang kita tertawakan bersama. Namun yang jelas, engkau tertawakan dirimu sendiri. Engkau yang seringkali menemukannya seperti anak kecil, mau nangiiisss aja bawaannya. Padahal, memang benar adanya, bahwa tidak selalu tangisan menjadi pelega hatimu. Namun dengan berdzikir, maka engkau akan menemukan hatimu dalam ketenangan. "Ingatlah.... hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Masih ingatkah engkau dengan potongan ayat ini, teman? Ayat yang menjadi cambuk jiwamu yang sempat mengendur, agar ia berteguh lagi. Potongan kalimat yang ketika engkau resapi maknanya, sungguh dalam. Dan engkau seringkali menjadikannya sebagai salah satu alasan, mengapa engkau menjadikannya sebagai salah satu ayat favoritmu. 

(Q.S Ar Ra'd [13]: 28) الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ  "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." 
 
Yani. Pada suatu hari yang akan datang, engkau perlu mengingat catatan ini. Agar engkau selalu ingat pada beliau-beliau yang menjadi jalan ingatkanmu pada makna kehadiranmu didalam kehidupan beliau. Bahwa semua tentu ada hikmahnya. Sebagai bahan pelajaran, untuk menghiasi kisah kehidupan menjadi lebih semarak lagi. 
 
Yani. Penting untuk engkau ingat, bahwa beliau-beliau yang pernah menjadi bagian dari hari-harimu,  sesungguhnya sedang menitipkan padamu barisan hikmah yang mungkin saja tidak dapat engkau pandangi dengan mata nyata yang berkedipan. Namun engkau dapat menangkap pesan yang tertuju padamu, dengan mata hati yang terbuka.  So, keep smile, yaach.   

0 Response to "Yani"

Post a Comment

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ