Kaki Jiwa ini akan terus Melangkah

Posted by Unknown , Saturday, February 9, 2013 2/09/2013 08:24:00 AM

Catatan-catatan yang terbit di lembar "Perjalanan ini" adalah prasasti tentang seorang pejalan. Pejalan yang menyadari arti hadirnya ke dunia ini sebagai seorang musafir. Ya, ia adalah musafir yang sedang menempuh perjalanan dalam kehidupan. Bersama jiwa yang terus melangkah, ia ingin menjadi bagian dari orang-orang yang berarti. Arti yang tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun bagi seluruh alam. Karena baginya, ada satu cita yang senantiasa membangunkannya saat terlelap. Tentang kebermanfaatan diri. 

Dan kini, saat ini, di sini, adalah kesempatan terbaik baginya untuk meneruskan langkah-langkah itu. Langkah-langkah yang berisi kebermanfaatan. Karena kalau bukan untuk hal yang berguna dan bermanfaat, bagaimana mungkin ia ada di sini? 

Dunia maya. Adalah salah satu jalan yang ia tempuh dalam kehidupannya. Dunia maya yang mengajarkannya untuk berbagi dan menjadi seorang yang senantiasa gemar melakukan aktivitas berbagi. Hingga dalam suatu kesempatan, dalam perjalanan yang sedang ia tempuh, bertemulah ia dengan seorang pejalan lainnya. Pejalan yang baginya sungguh asing. Namun akhirnya mereka menjadi bagian yang tidak terpisahkan. 

Bagaimana kebahagiaan yang ia alami atas pertemuan dengan sesama pejalan?? Lalu, berkesankah ia dengan pertemuan?? Semoga saja. 

Pejalan, kini ia tidak lagi sendiri. Karena ia meyakini bahwa ada satu, dua, tiga, ... dan bahkan tanpa hitungan angka, sedang ada yang menjadi pejalan di dunia ini. Para pejalan tersebut, sedang melangkah, bersamanya. Walaupun terkadang ia tidak menyadari kehadiran mereka semua, memang. Namun pejalan, kini benar-benar menyadari, bahwa ia tidak sendiri dan tidak pernah sendiri. Begitu. 

Baiklah...

Dalam kesempatan pagi ini, keadaan alam begitu cerah. Karena terlihat di ufuk timur, mentari sudah mulai meninggi. Maka pejalan yang sedari tadi sudah melangkah, kian semangat dan bersemangat lagi. Oleh sebab, ia ingat salah satu pesan dari Ibundanya, "Semangat... semangat... semangat... terus, ya Nak!" Dan pesan tersebutlah yang menjadi jalan ingatkan ia. Bahwa ia perlu terus bersemangat dalam melangkahkan jemarinya untuk merangkai prasasti di sini. 

Di sini, di dunia maya. Ia ingin kembali padanya. Setelah beberapa masa yang lalu, ia mencoba untuk tidak menyapa mayanya. Ya, pada saat itu, ia mengalami kondisi yang berbeda dari biasanya. Ia seakan mengalami apa yang namanya 'hidup segan  mati tak mau'. Oh, betapa miris dan menyedihkan kondisinya. 

Dan kini, pejalan kembali ke dunianya. Dunia yang semenjak beberapa tahun terakhir, menjadi bagian dari harinya. Semoga, ketika engkau bersua dengan pejalan, anggaplah ia sebagai bagian dari dirimu sendiri. Sehingga ia pun menjadikanmu sebagai bagian dari kehidupannya. Bagian yang tidak akan pernah terpisahkan. Semenjak ia mengetahui, siapakah engkau yang sesungguhnya?

Pejalan meyakini bahwa dengan merangkai kalimat seperti ini, ia dapat bersapa dan bersua dengan sesiapa saja yang mampir pada lembar catatannya. Dan salah satu dari beliau-beliau semua adalah engkau, teman. Engkau yang juga sedang melanjutkan perjalanan di dunia ini. Dunia maya. 

Ada beberapa pesan yang dapat kita peroleh dalam perjalanan di dunia maya. Dan pesan tersebut dapat kita bagikan pada sesiapa saja yang juga sedang berada di sana. Lalu, apakah pesanmu terhadapku teman? Aku sebagai pejalan yang sedang melangkah di dalamnya. 

Dunia maya, mirip dengan dunia nyata yang sedang kita tempuh saat ini. Ketika di dunia nyata kita bertemu dengan rumah-rumah, gedung tinggi menjulang, pun gubug reot, maka di dunia maya pun begitu. Ada banyak perkampungan yang dibangun rumah-rumah tempat berdiam. Ada banyak toko, warung, kios, dan lain sebagainya. Intinya, dunia maya adalah bagian kedua dari kehidupan kita. 

Tidak dapat dipungkiri, kita yang hidup di zaman yang penuh dengan teknologi, pun bersentuhan dengan dunia maya. Tentu saja, kalau kita sudah mengenalnya. Lalu, bagaimana kalau kehadiran kita di dunia maya baru untuk pertama kalinya? dan kita sangat terkesan dengannya? Betul. Betul. Ini adalah salah satu pengalaman yang langsung ku peroleh. Aku yang sedang berjalan-jalan di dunia maya, seringkali terpesona dengan apa yang ada. Berkesan, sungguh memesankan. 

Di sini, di dunia maya, sebagai pejalan, aku ingin terus menjadi diriku. Aku yang sedang mengunjunginya, untuk meneruskan salah satu mimpi dan harapanku. Ya, aku ingin berkeliling dunia, teman. Dan salah satu dari bagian dunia yang ingin aku tempuh adalah -berjalan-jalan di sekitar tembok besar di China-. Aih, aku menyadari bahwa ini adalah impian jadulku. Impian klasik yang hingga saat ini masih berada di ranah harapan. Hope, one day I am at there, with you. Aamiin. 

Dengan terus menjaga harapan seperti ini, maka aku mau untuk bangkit lagi dan bersegera melangkah. Karena aku ingin terus berjalan dan berjalan. Berjalan hingga sampai di negeri China.  Untuk melanjutkan pendidikankah keberadaanku di sana? Atau hanya untuk berjalan-jalan saja, sebagai pelancong bin turis alias pengunjung sementara? I wish be there. 

Berjalan-jalan, adalah salah satu kesenanganku. Aku senang melangkahkan kaki-kaki ini di dunia nyata. Namun di dunia maya, pun aku ingin terus berjalan. Berjalan untuk menggerakkan jemari yang mau berlari. Berjalan untuk menyampaikan jiwa pada tujuannya, bahagia.  

Dengan menulis dan merangkai kalimat, aku merasakan kebahagiaan tiada tara. Dengan menulis pula, akhirnya aku dapat berjumpa dengan para pejalan di dunia maya. Pejalan yang mungkin saja belum dapat ku tatap wajahnya di dunia nyata. Karena memang terdapat jarak yang membentang di antara kami. Namun di sini, di dunia maya, semua mungkin bertemu. Bertemu dalam pertautan bahasa. 

Kita dapat bertemu kalau bahasa kita sama. Nah, kalau bahasa kita berbeda, maka salah satu diantara kita perlu belajar bahasa yang lainnya. Dan bagaimana pula halnya dengan bahasa jiwa kita? Jiwa yang juga mempunyai dunianya. Jiwa yang hidup dan ia ada, pun ingin menyadari keberadaannya. 

Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk dapat menghidupkan jiwa. Salah satunya adalah dengan berbagi. Berbagi untuk mendekap orang-orang yang berada di bawah kita, agar ia tidak terinjak. Berbagi untuk meneladani orang-orang yang berada di atas kita, agar kita menyadari, sudah sejauh mana keberadaan kita dibandingkan beliau? 

Untuk berbagi, memang tidak memandang masa, waktu pun hari. Karena kita dapat terus melakukannya kapan saja, di mana saja, terhadap siapa saja. 

Dengan berbagi, kita dapat mengalami keadaan berbeda dari sebelumnya. Buktikanlah, setelah itu, engkau dapat memberaikan kisahmu teman, terhadapku. 

Orang yang gemar berbagi, tidak ada yang tidak bahagia. Karena ia bahagia dengan berbagi. Lalu, cukuplah baginya, hanya Allah subhanahu wa ta'ala Yang Maha Tahu, menjadi saksi atas apa yang ia lakukan. Sehingga baginya, berbagi merupakan sebuah hobi dan kesenangan sejati. Sehari saja tidak berbagi, ia merasakan bahwa jiwanya mati. Jiwanya yang sempat koma, ia usaha untuk bangun lagi.  Karena ia ingin terus menjalani kehidupan ini dengan jiwanya yang sehat, segar dan sempurna. 

Melangkah di dunia nyata bersama jiwa, layaknya kita sedang berada di dunia maya bersamanya pula. Kalau saja di dunia nyata kita sudah kehilangan jiwa, maka begitu pula dengan dunia maya yang sedang kita tempuh kini. Lalu, sudahkah jiwa kita ada di sini? Atau ia bahkan tidak membersamai kita sama sekali? Wahai jiwa------- engkau ada di mana? 

Pejalan yang melangkahkan jemari untuk meninggalkan jejak-jejak di dunia maya, perlu merangkai kata dari dalam jiwa. Begini salah satu pesan yang masih ku ingat, dari beliau salah seorang pejalan yang ku temui di dunia ini. 

"Jika jiwa saja tak kau punya, kau hendak berbagi kepada dunia dengan apa?" (Fachmy Casofa)

Dengan berada di sini, aku sedang belajar untuk berbagi. Aku sedang berusaha untuk menemukan jiwaku. Aku ingin mempunyai jiwa yang hidup. Jiwa yang menjadi temanku dalam melanjutkan perjalanan. Jiwa yang aku ingin, agar ia menjadi bagian dari prasasti kehidupanku. Agar aku mengerti, tanpanya aku tiada mampu berbagi.  Lalu, teringatlah aku dengan siapakah jiwa? Bagaimanakah wujudnya? Di mana ia berada? Kalau sampai saat ini, aku belum menemukan keberadaannya. Bahkan, pertanyaan ini sempat pula menghiasi ingatanku beberapa hari terakhir. Hari-hari yang membuatku ingin kembali ke dunia ini. Dunia maya. Padahal, aku telah berjanji dengan diriku sendiri, untuk tidak mengunjunginya sampai aku benar-benar pulihkan ingatanku yang belum sempat menepi. Ingatan pada pertanyaan beliau, tadi. 

Aku bertemu dengan beliau, semenjak tahun 2009, tepatnya Februari tanggal 17. Eh, aku ingat sangat. Ketika itu, aku yang sedang meneruskan perjalanan di dunia maya, sempat nyasar-nyasar ga jelas di beberapa link. Lalu, aku pun menemukan rumah maya beliau. Ketika itu, aku tidak mengerti, ini maksud judulnya apa yaa? http://writhink.wordpress.com. Aneh, bagiku ketika itu. Keanehan yang membuatku teringat selalu. Hingga akhirnya, aku pun ingat-ingat lagi seraya meneruskan perjalanan. Nah, sampai saat ini, keingetan juga.  Hupzz...! Ada batu menyandungku, barusan. Hikkzz... kakiku sakit. Itss, setelah aku menyadari, ternyata aku yang menyandungnya. Karena tadi, aku jalan ga ati-ati. Xixii.

Baik, kini kita lanjutkan lagi, wahai kaki-kaki jiwa. Kita melangkah lagi, yuukks.

Bangunlah aku dari sandungan kaki. Dan kini, aku telah siap melangkah lagi. Melangkah untuk menemukan rumah yang sedang ku ingin kunjungi. Rumah bernama bahagia. 

Seraya melayangkan arah tatap pada mentari yang sedang tersenyum, ku segera berkemas dari sini. Untuk lanjutkan langkah-langkahku di dunia nyata. Karena kalau aku sedang tidak melangkah di sini, berarti aku sedang meneruskan perjalanan di dunia nyata, bersama jiwa. Untuk selanjutnya, aku akan segera berjalan lagi di sini, untuk berbagi pengalaman, kisah dan kesan serta pesan untukmu teman. Engkau yang menjadi teman dalam perjalanan di dunia maya. 


0 Response to "Kaki Jiwa ini akan terus Melangkah"

Post a Comment

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ